dc.description.abstract |
Dalam Al-Quran, perilaku menyembunyikan ajaran agama banyak
dilakukan oleh Ahli Kitab yaitu Yahudi dan Nasrani. Pada akhirnya Allah
SWT mengecam mereka bahwa mereka akan mendapat laknat dan
ditempatkan pada tempat yang sangat buruk di akhirat kelak. Perilaku
menyembunyikan ajaran agama ini tidak hanya dilakukan oleh Ahli Kitab,
sampai sekarang bahkan banyak umat Islam pun yang melakukannya.
Masalah yang diangkat penulis yaitu bagaimana penafsiran
menyembunyikan ajaran agama perspektif ulama tafsir kontemporer yaitu
tafsir al- Mishbâh dan tafsir al-Azhar, dalam penelitian ini Buya Hamka
lebih menonjolkan penafsiran menyembunyikan ajaran agama dengan
mengupas secara mendalam Ahli Kitab (sejarah-sejarah dan contoh
penyimpangannya) sedangkan Sedangkan Quraish Shihab, disebagian besar
penafsirannya, tidak banyak menyinggung sejarah Ahli Kitab dan
penyimpangan yang dilakukannya. Walaupun terdapat perbedaan pada
penafsiran yang dilakukan oleh Buya Hamka dan Quraish Shihab, tetapi itu
hanya pada tataran corak dan bentuk penafsiran yang berbeda, tetapi secara
hakikat keduanya tidak memiliki perbedaan karena sama-sama
menyampaikan dan menjelaskan tentang sifat buruk Ahli Kitab yang suka
menyembunyikan ajaran agama dan berpesan jangan mengikutinya.
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Dalam artian
penelitian yang proses pengumpulan datanya dilakukan dengan menghimpun
data dari berbagai literatur dan menjadikan dunia teks sebagai objek utama
analisisnya. Dalam kajian tafsir, penelitian ini termasuk dalam ragam tafsir
tematik atau maudhû’i.
Berdasarkan analisa data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan
bahwa Buya Hamka dan Quraish Shihab menyepakati tentang konteks
menyembunyikan ajaran mempunyai objek yang luas dan aktual bahwa
perilaku menyembunyikan ajaran agama bisa dilakukan oleh siapa saja dan
kapan saja. walaupun dalam Al-Quran perilaku menyembunyikan ajaran
agama ditujukan kepada Ahli Kitab saja. |
en_US |