dc.description.abstract |
Masih banyaknya ayat-ayat Al-Qur‟an yang terkesan “galak” yang
dijadikan oleh kelompok garis keras sebagai sandaran dan landasan perilaku
mereka. Yang menurut mereka umat Islam harus bersatu padu dalam rangka
meninggikan kalimat Allah, dengan jalan apa pun, walaupun dengan
kekerasan. Hal ini pada akhirnya menyebabkan Islam dituduh sebagai satusatunya
agama yang mengajarkan kekerasan dan terorisme, seolah-olah
seluruh kekerasan dan terorisme adalah Islam. Dan hal ini sangat jauh dari
kebenaran. Dan termasuk kekeliruan dan kebodohan apabila makna ayat-ayat
qitâl (perang) dipahami dengan pandangan yang keliru dan diletakkan bukan
pada tempatnya.
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), baik
dari buku primer maupun sekunder, mencari dan mengumpulkan data dari
berbagai bahan kepustakaan yang relevan dengan pembahasan. Adapun
metode yang digunakan adalah muqarran. Langkah-langkah dalam penelitian
ini adalah menjelasakan qitâl (perang) dalam Islam dan Al-Qur‟an,
mengumpulkan dan memaparkan penafsiran masing-masing mufassir
terhadap ayat-ayat qitâl yang dijadikan pijakan untuk memerangi kaum
kafir, dan menganalisis perbandingan antara penafsiran Wahbah az-Zuhailîy
dan M. Quraish Shihab.
Hasil penelitian ini menjawab dari penafsiran Wahbah az-Zuhailîy
dan M. Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya, bahwa perintah perang
terhadap ayat-ayat yang menggelorakan perang terhadap kaum musyrikin dan
ahli kitab, hendaknya di lihat terlebih dahulu konteks turunnya ayat tersebut
dan kesinambungan antar ayat yang lain. Ternyata jika di lihat konteksnya,
kita akan menemukan bahwa genderang perang itu karena peristiwa yang ada
sebelumnya, bukan umat Islam yang memulainya, yaitu adanya kedzaliman
atau provokasi, atau adanya kolaborasi dengan pihak musuh, atau
menciptakan fitnah dalam agama. Dan telah menjadi kenyataan sejarah
bahwa perang yang pernah terjadi dan di alami oleh orang-orang Islam tidak
satu pun bertujuan untuk menyebarkan fitnah, apalagi menindas bangsa lain.
Akan tetapi semuanya semata-mata demi menjaga serta mempertahankan
nilai-nilai kedamaian dan keamanan, karena perang yang di maksud di lalui
berdasarkan petunjuk agama. |
en_US |