DSpace Repository

Tabayyun Perspektif Mufassir Nusantara (Studi Komparatif Kitab Tafsir Marah Labîd, Tafsir al-Ibriz dan Tafsir al-Iklîl Fî Ma’ânî al-Tanzîl)

Show simple item record

dc.contributor.advisor Muhammad Ulinnuha
dc.contributor.author Nely Soraya, 17210867
dc.date.accessioned 2021-09-20T04:20:52Z
dc.date.available 2021-09-20T04:20:52Z
dc.date.issued 2021
dc.identifier.uri http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1409
dc.description.abstract Skripsi ini menjelaskan tentang Tabayyun dalam QS. An-Nisa: 94, surah Yusuf: 14-18, surah An-Nur: 9-15, dan surah Al-Hujurah: 6 Adapun pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas adalah penafsiran Syaikh Nawawi al-Bantani, KH. Bisri Musthafa, dan KH. Misbah Musthofa tentang ayat tabayyun, persamaan dan perbedaan Tafsir Marah Labîd, al-Ibriz dan al-Iklîl Fî Ma’ânî al-Tanzîl, dan kontekstualisasi penafsiran Syekh Nawawi al-Bantani, KH. Bisri Musthofa dan KH. Mishbah Musthafa. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka yang bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmu tafsir, yaitu menggunakan salah satu dari empat metode penafsiran yang berkembang yaitu menggunakan pola tafsir tahlili dalam mengelola data yang telah terkumpul. Penelitian ini tergolong library research. Data dikumpulkan dengan mengutip, menyadur, lalu kemudian menganalisis dengan menggunakan beberapa teknik interpretasi, seperti, interpretasi tekstual, interpretasi sistematis, interpretasi kultural, dan interpretasi linguistik terhadap literature yang representatif dan mempunyai relevansi dengan masalah yang dibahas. Kemudian mengulas dan menyimpulkannya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan penafsiran Syekh Nawawi mengenai tabayyun bahwa ketika menerima berita dari orang fasik, maka bersikap tenang dan berhati-hati dengan berita tersebut. karena jika menerima berita dari orang fasik tanpa mengetahui kebenarannya, maka disebut pendusta. Menurut KH. Misbah Musthofa dan KH. Bisri Musthofa bahwa tabayyun ialah ketika menerima berita dari orang fasik, sedangkan ia tidak mengetahui kebenarannya, maka harus diklarifikasi terlebih dahulu dan tidak terburu-buru. Jika tidak ada empat orang saksi mereka tidak mampu membuktikan kebenarannya, maka termasuk pembohong. Kemudian persamaan dari ketiga mufassir tersebut bahwa tabayyun ialah sama-sama mengartikan harus berhati-hati saat menerima berita yang disampaikan oleh orang fasik. Adapun perbedaannya, Syekh Nawawi berpendapat bahwa jika tidak bertabayyun maka akan terjadi permusuhan, menurut Bisri Musthofa maka akan menyebabkan sesuatu yang buruk, dan menurut Misbah Musthofa maka akan mengakibatkan pembunuhan. Pada zaman sekarang, cenderung yang relevan hanya mengecekkan kebenaran yang dilakukan melalui media sosial. karena berita yang disampaikan melalui media sosial tersebut sangatlah pesat. Hingga tidak mendatangkan empat orang saksi yang bisa membuktikan kebenarannya en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta en_US
dc.subject Tabayyun en_US
dc.subject Tafsir Nusantara en_US
dc.title Tabayyun Perspektif Mufassir Nusantara (Studi Komparatif Kitab Tafsir Marah Labîd, Tafsir al-Ibriz dan Tafsir al-Iklîl Fî Ma’ânî al-Tanzîl) en_US
dc.type Skripsi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account