Abstract:
Penelitian ini berangkat dari ketertarikan penulis tentang tabdzîr dan
isrâf dikarenakan, di era globalisasi sekarang ini, berbagai bidang seperti
ekonomi, teknologi, industri dan lain-lain telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Adanya kemajuan ini tentunya akan memudahkan masyarakat
dalam melakukan sesuatu. Hampir semua lapisan masyarakat tanpa
mengenal batas usia dan strata sosial telah terbawa oleh derasnya arus
konsumerisme yang sedang menjajah manusia. Segala macam bentuk
makanan, minuman, perhiasan, fashion, telepon seluler dan alat-alat
elektronik lainya dari harga yang paling murah hingga harga yang paling
mahal telah menjadi lifestyle dan trend dewasa ini. Jika tidak didasari dengan
iman maka sifat ini akan terus berkembang. Apabila seseorang mengalami
kemerosotan iman, maka cenderung melakukan hal-hal yang dilarang oleh
agama. Diantaranya, tabdzîr dan isrâf.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan model penelitian
kepustakaan (library research) dengan metode deskriptif analisis. Kerangka
penulisan ini, penulis pertama-tama mendeskripsikan biografi penulis kitab
tafsir Al-Kasysyâf, latar belakangnya dan pemikirannya. Setelah itu, penulis
melakukan analisis terhadap penafsirannya terhadap ayat-ayat Tabdzîr dan
isrâf dalam Al-Qur‟an meliputi: QS. Al-Isra` [17]: ayat 26-27, QS. Al-A‟raf
[7]: ayat 31 dan 81, QS. Al-Isra` [17]: ayat 33, QS. Al-Furqon [25]: ayat 67,
QS. Ghafir [40]: ayat 34.
Adapun hasil penelitian perbedaan antara keduanya adalah tabdzîr
hanya terbatas dalam membelanjakan harta secara berlebih-lebihan pada
jalan kemaksiatan. Sedangkan isrâf merupakan segala bentuk perbuatan
berlebih-lebihan yang melampaui batas ketentuan baik sedikit ataupun
banyak, tidak terbatas hanya dalam membelanjakan harta saja dan tidak pula
pada jalan kemaksiatan saja. Oleh karena itu, tabdzîr sebenarnya merupakan
bagian dari isrâf. Tabdzîr tidak banyak disebutkan dalam Al-Qur`an hanya 3
kata dalam 2 ayat dalam 1 surat, sedangkan isrâf lebih banyak disebutkan
dalam Al-Qur`an yaitu sebanyak 23 kali dalam 21 ayat pada 17 surat.