DSpace Repository

Perkembangan Pemaknaan Ayat-Ayat Milk Al-Yamîn (Analisis Penafsiran Kitab Periode Klasik, Pertengahan, Modern, dan Kontemporer)

Show simple item record

dc.contributor.advisor Muhammad Ulinnuha
dc.contributor.author Nur Hamidah Arifah, 16210767
dc.date.accessioned 2021-10-26T07:48:39Z
dc.date.available 2021-10-26T07:48:39Z
dc.date.issued 2020
dc.identifier.uri http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1474
dc.description.abstract Perbudakan telah menjadi praktik jâhiliyyah yang terwariskan dari masa ke masa. Bahkan dewasa ini, meski perbudakan telah sepakat dihapuskan dari tatanan dunia, praktik perbudakan masih bisa ditemukan dalam bentuk lain, seperti perdagangan manusia (human traffî cking) atau penjualan wanita sebagai pekerja ilegal melalui aplikasi daring. Al-Qur`an yang turun saat perbudakan sedemikian masifnya menanggapi hal tersebut dengan beragam term yang menunjuk makna „budak‟, salah satunya adalah milk al-yamîn atau mâ malakat aimânukum. Term ini dimaknai oleh ulama tafsir dengan arti yang beragam. Di Indonesia sendiri, term ini sempat menjadi sorotan publik dunia akademis beberapa waktu lalu. Hal tersebut sebab penelitian yang dilakukan Abdul Aziz dalam menelaah konsep hubungan seks halal di luar nikah. Penelitian tersebut menuai kontroversi di masyarakat hingga secara resmi ditolak Majelis Ulama Indonesia (MUI) karena dianggap bertentangan dengan Al-Qur`an, as-Sunnah, serta kesepakatan ulama. Berbagai permasalahan di atas yang kemudian mendasari penulis mengkaji term milk al-yamîn lebih dalam pada penelitian ini sebagai upaya agar pembaca tidak terjebak dalam ambiguitas pemaknaan milk al-yamîn. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan satu kitab tafsir atau pemikiran satu tokoh, penulis menggunakan beberapa tafsir lintas zaman sebagai sumber data primer penelitian ini untuk mengetahui perkembangan pemaknaan milk al-yamîn dari masa ke masa. Penulis menggunakan pendekatan historis untuk mengetahui adanya ketetapan (continuity) atau kesenjangan (change) makna milk al-yamîn. Dari penelitian penulis, dapat disimpulkan bahwa pemaknaan frasa milk al-yamîn mengalami perkembangan dari masa ke masa disertai persamaan dan perbedaan. Tafsir ath-Thabarî memiliki kesamaan penafsiran milk al-yamîn dengan Tafsir al-Qurthubî , yakni „hamba sahaya wanita sebab tawanan perang‟. Pemaknaan frasa milk al-yamîn mulai berkembang pada Tafsir Fî Zhilâl Al-Qur`an dengan makna „hamba sahaya wanita dalam belenggu tuannya‟. Perkembangan makna selanjutnya ditemukan pada pemaknaan Tafsir al-Munîr, yakni „tawanan perang/hamba sahaya wanita yang dimiliki tuannya‟. Dari sini, dapat diketahui bahwa penafsiran klasik xviii (Tafsir ath-Thabarî) dan pertengahan (Tafsir al-Qurthubî ) terhadap frasa milk al-yamîn cenderung kontinyu. Sedangkan pemaknaan milk al-yamîn mengalami perubahan pada periode modern (Tafsir Fî Zhilâl Al-Qur`an) dan kontemporer (Tafsir al-Munîr). en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta en_US
dc.subject milk al-yamîn en_US
dc.subject perbudakan en_US
dc.title Perkembangan Pemaknaan Ayat-Ayat Milk Al-Yamîn (Analisis Penafsiran Kitab Periode Klasik, Pertengahan, Modern, dan Kontemporer) en_US
dc.type Skripsi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account