Abstract:
Tafsir Al-Qur‟an adalah produk manusia. Setiap produk manusia
tentu tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan. Menanggapi persoalan
seperti itu, ad-dakhîl adalah metode yang cocok untuk mensterilisasi dan
membersihkan penafsiran dari pemahaman-pemahaman yang tidak sesuai
dengan kandungan Al-Qur‟an yang semestinya. Misalnya Al-Jawâhir Fî
Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm, sebuah tafsir yang kontroversial di abad XX.
Tafsir ini disinyalir banyak merujuk kepada Injil, Taurat, kisah israiliyat, dan
naskah-naskah kuno. Oleh sebab itu, penelitian ad-dakhîl dalam tafsir Al-
Jawâhir karya Thanthawi Jauhari harus dilakukan agar dapat diketahui unsur
ad-dakhîl yang terdapat dalam tafsir ini. Adapun ayat yang dipilih adalah
ayat-ayat teleportasi karena di zaman modern ini, ilmuwan sedang berlombalomba
dalam mengungkap teknologi modern dan mencocokannya dengan
ayat-ayat Al-Qur‟an.
Penelitian ini menggunakan metode library research atau penelitian
kepustakaan. Sumber data yang digunakan adalah data-data primer seperti
Al-Qur‟an, kitab Al-Jawâhir Fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm, dan data-data
sekunder seperti buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan judul penelitian.
Data dianalisa dengan metode deskripsi-analisis. Adapun landasan teori yang
digunakan adalah teori kritik ad-dakhîl Abdul Wahab Fayed.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa penafsiran
Thanthawi Jauhari terhadap QS. Al-Isrâ [17]: 1 dan QS. An-Naml [27]: 38-
40 didominasi dengan pembahasan ruh, sehingga saat menjelaskan kisah Isrâ,
Thanthawi meyakini bahwa perjalanan tersebut disertai ruh dan jasad. Dalam
kisah pemindahan singgasana ratu Balqis, ditafsirkan bahwa ruh mampu
memindahkan singgasana tersebut dalam kejapan mata. Pada QS. Sabâ [34]:
12 Thanthawi hanya memberikan penafsiran lafzhî, dan menyebutkan bahwa
karunia yang diberi Tuhan itu adalah sebuah nikmat. Adapun ad-dakhîl yang
ditemukan adalah satu ad-dakhîl bi al-isyârah dengan status maqbûl, satu addakhîl
bi al-ma‟tsûr dengan status mauqûf, dua ad-dakhîl bi ar-ra‟yi dengan
status maqbûl dan mauqûf. Ad-dakhîl tersebut ditemukan dalam penafsiran
QS. Al-Isrâ [17]: 1 dan QS. An-Naml [27]: 38-40, sedangkan dalam QS.
Sabâ [34]: 12 tidak terdapat unsur ad-dakhîl