DSpace Repository

Konsep Mu„âsyarah bi al-Ma‟rûf Menurut Pandangan Buya Hamka (W. 1981 M) dan Syaikh Mutawallî Asy- Sya„râwî (W. 1998 M) (Studi Komparatif Tafsir al-Azhar dan Tafsir asy-Sya„râwî)

Show simple item record

dc.contributor.advisor Ali Mursyid
dc.contributor.author Muna Munawarotulhuda, 16210754
dc.date.accessioned 2021-11-04T07:23:27Z
dc.date.available 2021-11-04T07:23:27Z
dc.date.issued 2020
dc.identifier.uri http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1520
dc.description.abstract Penggalan QS. An-Nisa ayat 19, yakni Wa„âsyiruhunna bi alma„ rûf, seringkali terlupakan dalam kehidupan pernikahan, padahal redaksi ayat tersebut adalah salah satu hal yang terpenting untuk diterapkan. Karena ikatan pernikahan pasti mendambakan kehidupan rumahtangganya berada dalam ketentraman serta keharmonisan. Akan tetapi pada keyataannya sering kali terjadinya perlakuan yang tidak baik dengan mengatasnamakan taat, dan yang lebih parah terjadinya perlakuan KDRT. Oleh karena itulah pentingnya ber-Mu„âsyarah bi al-ma„rûf atau menggauli pasangan dengan cara yang patut. Lalu bagaimana pandangan mufasir terkait penafsiran yang terkadung dalam redaksi ayat QS. An-Nisa ayat19 tersebut. Melalui metode analisis deskriptif yang memfokuskan terkait penafsiran Wa„âsyiruhunna bi al-ma„rûf menurut pandangan asy- Sya„râwî dalam tafsirnya Tafsir Asy-Sya„râwî dan Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar dengan pendekatan sosio-hitoris terkait kedua mufasir tersebut dan analisis contect yang akan menjelaskan isi kitab dari kedua mufasir tersebut. Kemudian mengkomparatifkannya, karena seringkali pandangan mufasir terlihat berbeda. Data yang ditemukan menunjukan bahwa kedua mufasir tersebut memiliki pandangan yang berbeda dalam menafsirkan Wa„âsyiruhunna bi al-ma„rûf. Asy-Sya„râwî menafsirkan bahwa redaksi tersebut merupakan perintah yang tetap harus dilaksanakannya meskipun seorang suami sudah tidak mencintai istrinya lagi. Adapun Buya Hamka menafsirkan bahwa redaksi Wa„âsyiruhunna bi al-ma„rûf merupakan etika yang yang hendak dilakukan oleh suami kepada istrinya. Adapun caranya, menurut Hamka tergantung pada kebiasaan daerah yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Perbedaan pendapat tersebut disebabkan berbedanya argumentasi yang diambil dalam menafsirkan redaksi Wa„âsyiruhunna bi al-ma„rûf. en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta en_US
dc.subject Mu„âsyarah bi al-Ma‟rûf en_US
dc.title Konsep Mu„âsyarah bi al-Ma‟rûf Menurut Pandangan Buya Hamka (W. 1981 M) dan Syaikh Mutawallî Asy- Sya„râwî (W. 1998 M) (Studi Komparatif Tafsir al-Azhar dan Tafsir asy-Sya„râwî) en_US
dc.type Skripsi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account