dc.contributor.advisor |
Ali Mursyid |
|
dc.contributor.author |
Muna Munawarotulhuda, 16210754 |
|
dc.date.accessioned |
2021-11-04T07:23:27Z |
|
dc.date.available |
2021-11-04T07:23:27Z |
|
dc.date.issued |
2020 |
|
dc.identifier.uri |
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1520 |
|
dc.description.abstract |
Penggalan QS. An-Nisa ayat 19, yakni Wa„âsyiruhunna bi alma„
rûf, seringkali terlupakan dalam kehidupan pernikahan, padahal
redaksi ayat tersebut adalah salah satu hal yang terpenting untuk
diterapkan. Karena ikatan pernikahan pasti mendambakan kehidupan
rumahtangganya berada dalam ketentraman serta keharmonisan. Akan
tetapi pada keyataannya sering kali terjadinya perlakuan yang tidak
baik dengan mengatasnamakan taat, dan yang lebih parah terjadinya
perlakuan KDRT. Oleh karena itulah pentingnya ber-Mu„âsyarah bi
al-ma„rûf atau menggauli pasangan dengan cara yang patut. Lalu
bagaimana pandangan mufasir terkait penafsiran yang terkadung
dalam redaksi ayat QS. An-Nisa ayat19 tersebut.
Melalui metode analisis deskriptif yang memfokuskan terkait
penafsiran Wa„âsyiruhunna bi al-ma„rûf menurut pandangan asy-
Sya„râwî dalam tafsirnya Tafsir Asy-Sya„râwî dan Buya Hamka dalam
Tafsir al-Azhar dengan pendekatan sosio-hitoris terkait kedua mufasir
tersebut dan analisis contect yang akan menjelaskan isi kitab dari
kedua mufasir tersebut. Kemudian mengkomparatifkannya, karena
seringkali pandangan mufasir terlihat berbeda.
Data yang ditemukan menunjukan bahwa kedua mufasir tersebut
memiliki pandangan yang berbeda dalam menafsirkan
Wa„âsyiruhunna bi al-ma„rûf. Asy-Sya„râwî menafsirkan bahwa
redaksi tersebut merupakan perintah yang tetap harus dilaksanakannya
meskipun seorang suami sudah tidak mencintai istrinya lagi. Adapun
Buya Hamka menafsirkan bahwa redaksi Wa„âsyiruhunna bi al-ma„rûf
merupakan etika yang yang hendak dilakukan oleh suami kepada
istrinya. Adapun caranya, menurut Hamka tergantung pada kebiasaan
daerah yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Perbedaan pendapat tersebut disebabkan berbedanya argumentasi yang
diambil dalam menafsirkan redaksi Wa„âsyiruhunna bi al-ma„rûf. |
en_US |
dc.language.iso |
id |
en_US |
dc.publisher |
Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta |
en_US |
dc.subject |
Mu„âsyarah bi al-Ma‟rûf |
en_US |
dc.title |
Konsep Mu„âsyarah bi al-Ma‟rûf Menurut Pandangan Buya Hamka (W. 1981 M) dan Syaikh Mutawallî Asy- Sya„râwî (W. 1998 M) (Studi Komparatif Tafsir al-Azhar dan Tafsir asy-Sya„râwî) |
en_US |
dc.type |
Skripsi |
en_US |