dc.description.abstract |
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya kekhawatiran terhadap banyaknya keluarga tidak
menyadari bahwa Al-Quran menyediakan metode terbaik untuk mengasuh dan membesarkan
anak-anak. Salah satu yang dapat dijadikan tauladan adalah peran keluarga Imran dalam mengasuh
anak mereka yaitu Maryam sehingga ia memiliki kepribadian yang baik dan menjadi wanita
terhormat. Kisah keluarga Imran penuh dengan kemantapan dan tulus untuk beribadah kepada
Tuhan. Penelitian di atas merupakan penelitian tafsir Al-Qur’an dengan pendekatan tematik, yakni
menetapkan satu subjek tertentu untuk dibahas. Dapat diketahui pendekatan tematik dalam
menjelaskan Al-Qur’an mempunyai keistimewaan di dalam menuntaskan persoalan-persoalan
masyarakat dibandingkan metode lainnya, diantaranya adalah kesimpulan yang dihasilkan oleh
kajian tematik mudah dipahami.
Permasalah pokok penting yang sangat mendasar dan yang menjadi fokus kajian utama
penelitian ini adalah bagaimana Konsep Pengasuhan Anak dalam Penafsiran Surah Ali Imran ayat
33-37 Periode Klasik-Modern, yang akan dipahami melalui kajian penafsiran dalam kitab tafsir
Jâmi’ al-Bayân dan Tafsir Al-Misbah? Untuk mengetahui jawaban yang komprehensif dan detail
maka pokok permasalahan tersebut dapat dirincikan sebagai berikut:maka perumusan masalah atas
penelitian ini dapat dispesifikasikan sebagai berikut. Bagaimana Konsep Pengasuhan Anak
menurut At-Thabari dan Quraisy Shihab dalam Menafsirkan QS. Ali Imrân ayat: 33-37 dan
Bagaimana Perbandingan Konsep Pengasuhan Anak dalam Penafsiran QS. Ali Imran ayat 33-37?
Penelitian ini merupakan Penelitian Kulitatif, penelitian kualitatif menjelaskan dengan
sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data sedalam-dalamnya pula, yang menunjukkan
pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti. Pada penelit ian kualitatif, semakin
mendalam, teliti, dan tergali suatu data yang didapatkan maka dapat dikatakan semakin baik pula
kualitas penelitian. Namun dari segi jumlah responden atau objek penelitian, kualitatif memiliki
objek yang lebih sedikit dibanding kuantitatif karena lebih mengedepankan kedalaman data bukan
kuantitas data
Keberagaman makna-makna suatu teks senantiasa lahir sesuai dengan perbedaan
pendekatan dan metode yang digunakan, sehingga persamaan dan perbedaan penafsiran antara ath-
Thabari dan al-Misbah terjadi tidak terlepas dari unsur-unsur yang mempengaruhi penafsirannya,
seperti corak, sumber, metode, mazhab, dan konteks zamannya. Menurut Abd Jabbar, perbedaan
yang terjadi bukan sebagai penyimpangan atau ekslusivitas pemahaman, melainkan karena teks
memberikan ruang yang besar bagi adanya pemahaman yang beragam sesuai dengan tingkat
penalaran. Maka teks dan realitas menjadi sangat multi interpretasi yang melewati batas-batas
kesadaran ruang dan waktu. |
en_US |