Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi karena munculnya aliran “Hakekok Balakasuta” di Kabupaten Pandeglang yang dalam ajarannya mengajarkan bahwa dalam praktek peribadatan tidak seperti yang dilakukan oleh masyarakat muslim pada umumnya. Karena beberapa ajaran dalam praktek ibadah yang dilakukan mengalami pendistorsian penafsiran. Mulai dari adanya tambahan redaksi pada kalimat syahadat, kemudian praktek shalat yang pada umumnya wajib dilakukan 5 kali dalam sehari, pada ajaran ini tidak diwajibkan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi Living Qur’an yang bersifat deskriptif kualitatif. Melalui penelitian secara kualitatif dengan observasi, wawancara dan dokumentasi langsung di Desa Karangbolong yang menjadi data primer. Adapun data sekundernya bersumber dari buku, jurnal, kitab tafsir, serta literatur yang sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk distorsi penafsiran ayat ahkam yang ada dalam ajaran Hakekok Balakasuta. Seperti pendistorsian dalam praktek bersuci, shalat, zakat dan puasa yang menurut praktik ajaran ini ditafsirkan bahwa shalat tidak wajib 5 kali, berpuasa tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, dan ritual mandi bersama lawan jenis sebagai bentuk untuk mensucikan diri. Sedangkan faktor yang menyebabkanya adalah karena faktor ekonomi, pendidikan dan kurangnya kepedulian masyarakat.
