dc.description.abstract |
Al-Quran diturunkan kepada umat Muslim yang di dalamnya terdapat
berbagai macam ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah ilmu sains. Ilmu
yang memuat berbagai macam fenomena alam. Di dalam Al-Qur‟a>n terdapat
beberapa surah yang membahas mengenai terbentuknya alam semesta masih
secara abstrak. Dengan ilmu pengetahuan dipelajari secara mendalam dapat
mengetahui bahwa alam semesta (langit dan bumi) awalnya adalah satu
kesatuan dalam titik singularitas sebagai asal dari segala apa yang ada di
jagat raya ini. Salah satu asas epistemologi paradigma Al-Qur‟a>n yaitu
kauniyah, ilmu yang berkenaan dengan hukum alam yang di dalamnya
menguraikan berbagai persoalan kehidupan, alam raya dan fenomenanya.
Allah memerintahkan kepada kita untuk mempelajari dan merenungi
terhadap alam raya dan fenomenanya. Sebagaimana disebutkan oleh
T}ant{awi Jauhari dalam tafsirnya Al-Jawa>hir, yang menyebutkan ayat
kauniyah terkait alam semesta.
Penelitian ini membahas tentang alam semesta (langit dan bumi) dalam
Al-Qur‟a>n yang dideskripsikan pada penafsiran T}ant{awi Jauhari. Selain itu
dalam penelitian ini juga memaparkan bagaimana relevansi penafsiran
T}ant{awi Jauhari tentang alam semesta dengan sains. Perbedaan dengan
peneliti sebelumnya yakni pada penelitian Rizki Firmansyah, ia hanya
membahas penciptaan langit dan bumi yang berasal dari satu titik pusat yang
saling menempel merekat dan pada akhirnya terpisah. Dalam penelitian Rizki
Firmansyah metode yang ia gunakan adalah deskriptif analitis, menjelaskan
teori dasar, mengalisa penafsiran T}ant{awi Jauhari dan menjelaskan
kekurangan dan kelebihannya termasuk implikasinya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Yang dimana
peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa atau kejadian yang menjadi
pusat perhatian dalam penelitian ini. Selanjutnya menganalisa dari data
primer dan sekunder yang diperoleh dan menyimpulkan hasil atas masalah
yang dikemukakan.
Dalam penelitian ini T}ant{awi Jauhari menjelaskan dalam penafsirannya,
bahwa substansi dalam tafsirnya adalah derivasi sittati ayya<m (enam hari),
terbentuknya alam semesta. Enam masa yang ia tafsirkan memiliki substansi
yang berbeda-beda. Masa pertama terciptanya matahari, kedua bumi, ketiga
air, keempat tumbuh-tumbuhan, dan yang keenam terciptanya manusia. di
dalam menafsirkan enam masa tersebut ia tafsirkan secara independen yang
sesuai dengan rasionalitas dan ijtihadnya sendiri. Untuk memperkuat
argumentasi dalam penafsiran Tantawi memberikan penjelasan mengenai
ilmu falak (astronomi) modern. Selain itu di dalam menjelaskan derivasi
sittati ayya<m ia juga mengutip pendapat para ulama. Namun ia tidak berpihak
pada pendapat mayoritas ulama dan ia juga mengakui interpretasi yang
dibangun sangat berbeda dengan para ulama lain. Relevansi penafsiran alam
xvii
semesta dengan sains bisa dikatakan cukup relevan, karena terbentuknya
alam semesta ini sama-sama menggunakan derivasi sittati ayya<m. Namun
untuk berapa lama masanya hanya Allah yang Maha Mengetahui. Maksud
relevansi disini untuk memberi isyarat untuk umat Islam agar memperhatikan
fenomena-fenomena alam untuk menambah keyakinan dan keimanan kepada
Allah dan juga dapat menghadirkan pemahaman terhadap makna-makna Al-
Qur‟a>n yang lebih baik. |
en_US |