dc.description.abstract |
Penelitian Living Qur`an dalam skripsi ini membahas tentang
bagaimana kegiatan menghafal Al-Qur`an. Kegiatan menghafal Al-Qur`an
yang berkembang di tengah masyarakat sangat bermacam-macam dan tidak
jarang mempengaruhi pola pikir dan tradisi yang yang berkembang di suatu
tempat dan kelompok tertentu. Tulisan ini berangkat dari terjadinya
fenomena menghafal di beberapa tempat, membuat banyak sekolah nonpesantren
ikut menghadirkan kegiatan menghafal untuk siswa-siswinya.
Hal ini menimbulkan banyak ragam makna terhadap Al-Qur`an terutama
dalam menghafalnya. Kegiatan tahfiẓ Al-Qur`an ini menjadi salah satu
program unggulan di SMP-IT Atthohiriyah Moro sebagai bentuk untuk
membangun karakter generasi masa kini yang berakhlakul karimah dan
cinta Al-Qur`an.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana
resepsi para siswa-siswi dan guru terhadap kegiatan tahfiz Al-Qur`an hidup
dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa-siswi dan
madrasah SMP-IT Atthohiriyah Moro dan bagaimana fenomena Living
Qur‘an dalam kegiatan tahfiz di SMP-IT Atthohiriyah Moro. Penelitian
mengenai tahfiz Al-Qur`an yang sudah banyak diteliti terutama dalam
dunia akademik dan mahasiswa. Namun, yang menjadi perbedaan dalam
penelitian ini adalah objek yang diteliti yaitu Madrasah Tsanawiyah yang
menghadirkan kegiatan tahfiz Al-Qur`an disela pelajaran sekolah lain.
Penelitian ini menggunakan field research yaitu penelitian lapangan
untuk mengidentifikasi permasalahan dalam penelitian. Dengan
menggunakan metode desktriptif kualitatif yang berdasar pada studi Living
Qur`an yaitu teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim dan teori
konstruksi sosial Peter L Berger dan Thomas Luckmann.
Adapun hasil penelitian resepsi kegiatan tahfiz Al-Qur‘an SMP_IT
Atthohiriyah Moro disimpulkan bahwa siswa meresepsi kegiatan tahfiz Al-
Qur‘an sebagai salah satu sarana untuk membantu pembentukan karakter.
Berdasarkan teori konstruksi sosial. Ada 3 fase dalam membentuk cara
berpikir manusia, yaitu Eksternalisasi, Objektivasi, dan Internalisasi.
Melalui ketiga fase tersebut seseorang bisa memproduksi pemikirannya.
Bisa dilihat bahwa pemaknaan siswa-siswi terhadap kegiatan tahfiz
merupakan cara berpikir yang diperoleh setelah melalui fase-fase dari teori
konstruksi sosial |
en_US |