Abstract:
Tafsir Al-Qur’an merupakan produk manusia yang tidak luput
dari kesalahan maupun kekeliruan. Bahkan sejak masa sahabat,
infiltrasi dalam penafsiran Al-Qur’an sudah terjadi. Menanggapi hal
demikian, metode kritik al-Dakhīl fi al-Tafsīr merupakan metode
yang tepat untuk mendeteksi adanya infiltrasi dan kontaminasi dalam
penafsiran Al-Qur’an. Kitab al-Tibyān Fī Tafsir Al-Qur’ān
merupakan karya Syekh al-Ṭāifah al-Ṭūsī. Al-Tusi dalam
menafsirkan menempatkan riwayat para Imam Syi’ah di atas riwayat
sahabat yang lain. Salah satu metode untuk mengetahui adanya
infiltrasi dalam penafsiran adalah dengan mengetahui status hadis
yang dicantumkan dalam penafsiran Al-Qur’an. Dengan ini, penulis
tertarik untuk mengkaji al-Dakhil dalam kitab al-Tibyān Fī Tafsīr Al-
Qur’ān karya al-Ṭūsī terkait penafsiran ayat-ayat kepemimpinan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Siar Ni’mah (2017 M),
yaitu meneliti mengenai al-Dakhil dalam kitab tafsir ulama Syi’ah
terhadap ayat-ayat imāmah. Perbedannya yaitu dari segi objek
kitabnya, Siar Ni’mah meneliti penafsiran esoterik ayat-ayat imāmah
dalam tafsir al-Mīzān karya Thabāthab’ī sedangkan penelitian ini
meneliti kitab al-Tibyān karya al-Ṭūsī.
Penelitian ini dengan jenis kualitatif berbasis kepustakaan
atau menggunakan metode library research. Sumber data yang
digunakan berupa sumber data primer yaitu Kitab al-Tibyān Fī Tafsīr
Al-Qur’ān karya al-Ṭūsī, dan data sekunder yaitu Kitab, buku, jurnal
dan artikel yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Data analisa
yang digunakan yaitu deskriptif-analisis dengan teori kritik al-dakhīl
Abdul Wahab Fayed.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pada QS. An-Nisā
[4]:59 terdapat al-Dakhīl bi al-Ma’ṡūr yang mardūd (ditolak), pada
QS. Al-An’ām [6]:165 terdapat al-Dakhīl bi al-Ma’ṡūr yang mauqūf
(didiamkan), dan pada QS. Al-Qaṣaṣ [28]:5 terdapat al-Dakhīl bi al-
Ma’ṡūr yang mardūd (ditolak).