Abstract:
Penelitinan tesis ini menyimpulkan bahwa penafsiran esoterik al-‘Utsaimîn selaras dengan perinsip tafsiran sufistik. Dalam proses penafsiran berlandaskan pada ayat-ayat tazkiyah an-nafs dan ajaran tasawuf melalui maqâmât, serta interpretasi al-‘Utsaimîn terhadap pengamalan pucak sufistik. Penelitian ini menunjukan bahwa interpretasi al-‘Utsaimîn memiliki dimensi sufistik, karena mengamini makna esoterik, sekaligus bersifat literal, dalam arti bahwa pemaknaan bergantung pada analisis tekstual dan tradisi riwâyah Nabi Muhammad SAW, beserta Sahabat dan Tâbi’în.
Penelitian ini mendukung pandangan at-Tustarî, as-Sulamî yang berpendapat bahwa tafsir esoterik merupakan interpretasi yang menggabungkan dimensi eksoterik dan esoterik, sehingga tidak bertolak-belakang dengan teks dan tuntunan syari’ah. Sementara itu penelitian ini tidak sesuai dengan pandangan Ibnu Taîmiyah bahwa Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan semua makna Al-Qur’an kepada para Sahabatnya. Dengan asumsi setelah tafsir Al-Qur’an bi Al-Qur’an, otoritas tertinggi dalam interpretasi Al-Qur’an adalah Nabi Muhammad SAW (tafsir Al-Qur’an bi as-Sunnah) yang memuat rekam jejak kenabian memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan makna sebuah nash.
Sumber primer penelitian ini adalah adalah Tafsir Al-Qur’an Al-Karîm karya Shâlih al-‘Utsaimîn dan beberapa karyanya seperti Syarh Muqaddimah fi ushūl at-Tafsîr, Majmū’ Fatâwa asy-Syaikh al-‘Utsaimîn, Makârim al-Akhlâk. Sumber sekunder seperti Madârij as-Sâlikin karya Ibnu Qayyim dan karya-karya ilmiyah lain yang berkaitan dengan objek penelitian formal dan objek material penelitian. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach). Data yang diperoleh secara kualitatif melalui metode interpretatif, dengan menggunakan pendekatan dalâlah al-isyârah berfungsi untuk mengukur kadar esoterisme penafsiran al-‘Utsaimîn.
