Advokasi terhadap Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (Kajian Tentang UU No. 23 Tahun 2004)

Abstract

Telah disebutkan dalam sejarah bahwa sebelum turunnya Al Quran telah ada sekian banyak peradaban besar, seperti Yunani, Romawi, India dan Cina. Selain itu dunia juga mengenal agama-agama seperti Yahudi, Nasrani, Budha, Zoroaster dan sebagainya. Dari sekian banyak peradaban dan agama tersebut tidak banyak yang membicarakan hak dan kewajiban perempuan. Karena perempuan dianggap sebagai makhluk nomor dua setelah laki-laki. Dan peradaban terakhir yang langsung bersentuhan dengan datangnya Islam adalah peradaban Arab Jahiliyah. "Tradisi Arab Jahiliyah menghalalkan dibunuhnya seorang bayi hanya karena ia terlahir sebagai perempuan. Pada acara pernikahan, para tetamu memberi ucapan kepada mempelai bi/ hanna' wal-banin (selamat, semoga memperoleh keturunan laki-laki). Setelah menikah, perempuan menjadi hak penuh suami dan keluarganya. Ketika suaminya meninggal, ia tak bisa mettjadi pewaris melainkan benda yang diwariskan". Gambaran tersebut menunjukkan bahwa perempuan benar-benar tidak memiliki nilai sama sekali. Keberadaannya tidak berbeda dengan benda-benda tak bemyawa lainnya. "Dalam peradaban Arab Jahiliyah tersebut, kaum perempuan memiliki gambaran kehidupan yang sangat buram. la dipandang sebagai makhluk yang tidak berharga, menjadi bagian (subordinat) dari laki-laki, keberadaannya sering menimbulkan masalah, tidak memiliki independensi diri, hak-haknya boleh ditindas dan dirampas, tubuhnya dapat diperjualbelikan atau diwariskan, dan diletakkan dalam posisi marginal, serta pandangan-pandangan yang menyedihkan lainnya".