Abstract:
Selama empat bela:s abad ini, khazanah intelektual Islam telah diperkaya dengan berbagai macam prespektif dan pendekatan dalam menafsirkan Al-Qur'an. Namun demikian, terdapat kecenderungan umum untuk memahami AI-Qur'an secara ayat per-ayat, bahkan. kata per-kata. Selain itu, pemahaman AI-Qur'an terutama didasarkan kepada pendekatan filologis gramatika. Pendekatan ayat per-ayat atau kata per-kata ini tentunya menghasilkan pemahaman yang parsial tentang pesan AI-Qur'an. Bahkan sering terjadi, penafsiran semacam ini secara semena-mena menanggalkan ayat dari konteks dan aspek kesejarahannya untuk membela sudut pandang tertentu.
Pada masa sekarang, kita juga banyak mendengar tentang gagasan-gagasan mengenai rekonstruksi total atas warisan kesejarahan umat Islam. Munculnya gagasan seperti ini tentu berkaitan erat dengan ketidakmampuan warisan kesejarahan Islam dalam menghadapi tantangan-tantangan masa kini. Tetapi hal yang perlu menjadi catatan adalah bahwa rekonstruksi yang dikehendaki itu haruslah berangkat dari Al-Qur' an. Hal ini tentunya membutuhkan perangkat metodologis untuk memahami pesan kitab suci tersebut, sebab sejauh ini masyarakat Islam belum mengembangkan suatu metodologi yang sistematis dan belum dapat adil terhadap Al-Qur'an.