Studi Komparatif atas Penafsiran Muhammad Abduh Ibnu Katsir tentang Maksa Hikmah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 269

Abstract

Alquran adalah kitab hidayah yang datang untuk berinteraksi dengan semua manusia dengan firman-firman-Nya berdialog dengan akal manusia dan hatinya sehingga ia menerangi akal manusia, mengguricang hati (wajilat qulubuhum), memuaskan batin, dan mendorong manusia untuk bertindak dan bersikap ke arah yang baik. Bersamaan dengan itu, Alquran juga memberikan peringatan tentang jalan yang mesti ditempuh untuk memperoleh keselamatan hidup di dunia, terlebih kehidupan akhirat yang kekal. Alquran al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang selalu dipelihara. Inna nahnu nazzalna al dzikra wa inna lahu lahafizhun (sesungguhnya kami yang menurunkan Alquran dan kami pula pemelihara-pemeliharanya). Melihat begitu kompleks kehidupan manusia, maka Alquran muatan isinya multidimensial, meliputi berbagai aspek kehidupan, di dalamnya tidak saja doktrin-doktrin keagamaan, yang berkonotasi teologis, ritualis , tetapi secara filosofis ajaran­ajaran al -Quranjuga berisi ekonomi, politik, dan kehidupan masyarakat.2 Sesungguhnya Allah swt sebagairnana yang telah disebutkan, telah menciptakan akal untuk manusia dan untuk menyempumakannya dengan wahyu sebagai petunjuk baginya. Dengan Alquran Allah memerintahkan manusia untuk merenungkan dan mengambil pelajaran (ibrah) dari keajaiban-keajaiban ciptaan-Nya. Manusia hendaknya dapat memetik hikmah dari apa yang telah ditetapkan Allah swt misalnya hikmah penciptaan matahari, bulan, bintang serta hikmah terjadinya siang dan malam.