Abstract:
Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa hadis/sunnah Nabi saw merupakan sumber kedua (second source) setelah al-Qur'an. Tanpa menggunakan hadis, syari'at Islam tidak dapat dimengerti secara utuh dan tidak dapat dilaksanakan. Untuk memahami ayat al-Qur'an, seringkali diperlukan tinjauan bagaimana kondisi masyarakat ketika ayat itu turun, bagaimana hubungan antara urutan peristiwa dengan turunnya ayat tertentu. lnformasi semacam ini dapat diperoleh di dalam hadis.
Dari keterangan tersebut di atas, jelaslah betapa pentingnya mempelajari hadis-hadis Nabi saw., sebab faedahnya tidak hanya terbatas pada satu cabang ilmu saja, tetapi mencakup seluruh aspek kebudayaan Islam. Allah mewajibkan ummat manusia untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad saw. Secara teoritis, mempelajari hadis seharusnya lebih mudah daripada al-Qur'an, sebab statusnya merupakan penjelas bagi al-Qur'an. Akan tetapi dalam prakteknya, mempelajari hadis justru lebih sulit. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain, pertqma, hadis tersebar di berbagai koleksi (kutub al-hadis) dengan kualitas yang sangat beragam, sehingga untuk mendapatkannya relatif sulit. Kedua, tidak semua hadis berada pada kualitas maqbul (diterima sebagai hujjah) sehingga untuk menggunakan suatu hadis, terlebih dahulu seseorang harus melakukan penelitian kualitasnya, untuk
mendapatkan hadis yang maqbul (diterima sebagai hujjah).
