Abstract:
Memiliki keluarga yang di dalamnya penuh dengan sakinah, mawadah dan rahmah adalah impian setiap insan muslim. Namun, sepenuhnya ldta menyadari bahwa keluarga, anak-anak juga harta-harta yang ldta miliki bisa menjadi fitnah dan ujian hidup.
Oleh karenanya, seorang hamba hendaknya tidak puttts permohonannya setiap waktu pada Allah untuk senantiasa menjadikan keluarga, istri, suami ataupun anakanak cucu keturunannya sebagai qurrata a 'yun, penyejuk mata dan hati serta pembawa kebaikan dan manfaat. Banyak yang beranggapan, bahwa seseorang merasa sempurna jika semua harapan atau cita-citanya tercapai. Seperti harta yang banyak merupakan prioritas utama dalam kehidupan seseorang. Mereka menganggap dengan harta akan mendapatkan semua yang diinginkannya, mudah mendapatkan pendamping hidupnya dan mudah menfasilitasi anak-anaknya. Alhasil sebagaimana dikatakan oleh · Ibnu Qudamah: "Harta itu ibarat ular yang di dalam tubuhnya ada racun dan obat penawar. Obat penawamya bermanfaat dan sengatannya ada racun. Siapa yang tahu manfaat dan sengatannya, memungkinkan baginya mewaspadai untuk mewaspadai keburukannya, namun dia juga tahu kebaikannya.
Demikian pula keturunan, rezeki berupa anak yang Allah berikan kepada seorang hamba terkadang malah menjatuhk:an hamba tersebut ke dalam sikap membanggakan anak dihadapan orang lain, dan tidak mensyukuri nikmat Allah itu. Dia membanggakan diri atas orang lain dengan anaknya yang banyak, merasa diriebih baik karena mempunyai anak yang kaya raya dan lain-lain, yang pada akhimya menjerumuskannya ke dalam kesombongan.
