dc.description.abstract |
Fenomena yang terjadi pada masyarakat dikala pandemi adalah rasa cemas dan takut terhadap situasi yang tidak menentu, seseorang yang gagal untuk beradaptasi akan mudah mengalami stress, bahkan depresi. Keduanya dapat disebabkan tekanan, ketakutan, serta respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Stress pada individu akan mempengaruhi pada rasa syukurnya. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau kembali persolaan mengenai syukur yang telah dialami dan dirasakan manusia, disamping upaya ikhlas untuk berjalan di jalan Allah yang lurus karena Allah.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pustaka atau library research, dengan metode penelitian deskriptif-analisis, melalui pendekatan psikologi. Perbadaan kajian penulis dengan kajian terdahulu, yaitu pembahasan spesifik tentang syukur pada penafsiran Syeikh Nawawi dalam kitab Marāh Labīd yang membahas tentang ayat-ayat syukur, QS. Yusuf [12]: 38, QS. Ibrahim [14]: 3, 7, 37, QS. An-Nahl [16]: 78, 114, 121, QS. Al-Isra [17]: 3.
Hasil penelitian penulis terhadap makna syukur dalam Tafsir Marāh Labīd ialah pertama, mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah akan menambah nikmat dan sebaliknya mengkufuri nikmat akan menghilangkan nikmat, Perintah bersyukur dimulai sejak manusia diciptakan oleh Allah dari rahim ibu, dan Nabi Ibrahim dipilih Allah untuk menjadi pemimpin yang menjadi teladan dan ditunjukkan menuju jalan yang lurus, yaitu bertauhid dan Islam. Kedua, dan realita syukur yang dilakukan masyarakat masa kini pada dasarnya mengacu pada konsep syukur dalam Al-Qur’an dimana dengan tiga cara yaitu, dengan hati, lisan, dan perbuatan. Semakin tinggi rasa syukur, maka semakin rendah tingkat depresi yang dimiliki seseorang dan semakin puas individu akan hidup yang dimilikinya. Karena rasa syukur berkaitan erat dengan kepuasan akan hidup. |
en_US |