Abstract:
Seiring dengan berkembang dan tersebarnya ilmu qira’at kepada pada masyarakat Indonesia, maka mulai bermunculan para pegiat qira’at yang mendalami ilmu ini baik di Indonesia ataupun di luar Negeri bersama para guru yang terpercaya. Dengan adanya perkembangan ini maka tidaklah heran jika kemudian lahir para ulama Indonesia yang menekuni ilmu qira’at hingga menelurkan karya-karya spektakuler di bidang qira’at. Kitab Talwin al-Syatibiyyah contohnya sebagai salah satu karya ulama Nusantara yakni ustaz Mochamad Ihsan Ufiq yang menjadi pelajar sekaligus imam masjid di Negara Qatar. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana metodologi yang digunakan dalam Kitab Talwin al-Syatibiyyah. Sebagaimana yang dipahami dari nama kitab ini, talwin yang berarti “memberikan warna”, dinamakan demikian karena kitab ini memang dihiasi dengan beberapa warna cerah yang memiliki perannya masing-masing dalam rangka memberikan kemudahan bagi pembaca untuk memahami matan al-syatibiyyah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deksriptif yang bersifat kualitatif dengan pendekatan analisis konten atau analisis isi. Adapun sumber yang penulis ambil terdapat dua, yakni: sumber primer berupa Kitab Talwin al-Syatibiyyah itu sendiri dan sumber sekunder berupa buku-buku lain dan juga hasil wawancara kepada penyusun Kitab Talwin al Syatibiyyah ataupun kepada pihak lain yang bersangkutan. Selain dengan tujuan untuk mengetahui metodologi dalam Kitab Talwin al-Syatibiyyah, penulis juga meneliti bagaimana kontribusi kitab ini dalam proses pembelajaran. Ustaz Ihsan sebagai pemerkasa kitab ini tentu memiliki murid-murid yang belajar qira’at bersamanya, ada yang belajar secara langsung kepada beliau di Qatar dan beberapa menjadi murid beliau di Indonesia dengan sistem e-learning. Kepada murid-murid Indonesia inilah penulis melakukan survei dan wawancara tentang bagaimana kontribusi Kitab Talwin al-Syatibiyyah dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Penulis menjumpai hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan bahwa: Pertama,
Kitab Talwin al-Syatibiyyah ditulis dengan 4 tinta warna yaitu Merah (rumus qurra’), hijau (ayat Al-Qur’an yang menjadi titik perbedaan bacaan), biru (bait yang tidak memiliki makna dalam kaidah) serta krem (sebagai pemenggal pembahasan). Setelah mengetahui fungsi dari warna-warna tersebut maka metode selanjutnya adalah memperhatikan penjelasan-penjelasan yang terdapat di bawah bait atau di footnote, dengan begitu pembaca sudah cukup mudah untuk memahami makna bait syatibiyyah tentu dengan syarat memiliki kemampuan Bahasa Arab yang cukup. Namun di samping itu terdapat pula kekurangan yang penulis temukan
yakni hanya terdapat satu cara baca yang semestinya ada dua cara baca bait, syarah yang terdapat di bawah bait terlalu kecil dan padat sehingga butuh kejelian untuk membacanya serta warna-warni yang terdapat dalam talwin al-syatibiyyah adakalanya membuat penghafal matan kurang fokus pada bait yang ingin dihafal. Kedua, Kitab Talwin al-Syatibiyyah memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang keberlangsungan pembelajaran qira’at yang dilakukan oleh murid-murid ustaz Mochamad Ihsan Ufiq, sehingga kontribusi kitab ini dinilai cukup besar dalam proses pembelajaran.
