Abstract:
Bahasa dalam agama seringkali dipandang keliru yakni sebagai bahasa mitos yang berisi metafora dan retorika semata sedangkan bahasa ilmu dianggap sebagai bahasa faktual yang lugas dan bermakna. Hermeneutika dianggap sama dengan tafsir sehingga mampu mengurai makna dalam teks al Qur’an tanpa musti mengikuti pemahaman dan pelaksanaan Nabi dan para sahabat juga para ulama. Al Qur’an di tempatkan sebagai literatur atau karya tulis karena the author tidak dapat di subjektifikasi dalam penelitian dan kenyataannya beroperasi dalam bahasa, dimana bahasa terhubung kepada kehadiran manusia dan konteks budaya.
Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa perbedaan cara pandang atau worldview mempengaruhi pandangan filsuf Barat, khususnya Aristoteles, John Locke, George Berkeley, Heidegger dan Gadamer, serta Foucault dalam tesis ini berbanding dengan para mufassir dan Ulama Islam terhadap realitas dan kebenaran sehingga menjadi afirmasi bahwa ilmu adalah tidak bebas nilai. Asal muasal bahasa dan kemampuannya dalam menepati bagian-bagian realitas di perdebatkan. Relasi matematis, psikologi dan logika di jelaskan sebagai wujud kemampuan penalaran dan komunikasi.
Pandangan Imam Fakhr al Din al Razi sebagai mufassir sekaligus pakar filsafat yang beraqidah Ash’ariah merupakan pokok pembahasan dalam tesis ini mengenai pandangan al Qur’an terhadap bahasa dan kaitannya dengan ilmu tafsir. Imam al Razi secara tegas dan lugas mampu berdialektika dan membantah pandangan-pandangan keliru mengenai bahasa dan keberadaan al Qur’an sebagai kalam Allah. Hal ini ditempatkan dalam tradisi intelektual Islam sehingga menjadi penjelasan yang padu dan merupakan kesepakatan ilmiah yang berkesinambungan.