DSpace Repository

Analisis Makna Uffin dalam Al-Qur’an (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu)

Show simple item record

dc.contributor.advisor Arison Sani
dc.contributor.author Rahmadhani Nur Azizah, 19211283
dc.date.accessioned 2023-11-20T03:09:46Z
dc.date.available 2023-11-20T03:09:46Z
dc.date.issued 2023
dc.identifier.uri http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3444
dc.description.abstract Penelitian ini berjudul “Analisis Makna Uffin dalam Al-Qur’an (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu). Al-Qur’an dapat dipahami dengan berbagai pendekatan salah satunya dengan menggunakan metode semantik yang dikenal sebagai istilah kata kunci. Penelitian dalam skripsi ini seputar makna kata uffin dalam Al-Qur’an. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu, yang pada intinya ingin menemukan makna kata dengan melihat kesejarahan makna tersebut. Sikap dan perilaku yang tidak sopan menjadi hal yang biasa dilakukan oleh semua kalangan. Kata “uffin” atau “ah” (yang didasari perasaan jengkel) seringkali diucapan seorang anak kepada orang tuanya, sementara dalam ajaran Islam kata “uffin” adalah kata yang sangat dihindari. Sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an, berkata “ah” saja tidak boleh dilakukan apalagi melebihi hal tersebut. Sebagai konsep yang berkaitan erat dengan prilaku sehari-hari, kata uffin menjadi kata yang menarik untuk dikaji lebih lanjut dalam studi semantik karena semantik marupakan ilmu yang berhubungan dengan fenomena makna yang lebih luas dari kata itu. Kata Uffin secara mendasar yaitu menggerutu atau rasa jengkel. Kata Uffin berelasi dengan kata Nahi yang artinya perlakuan yang didasarkan pada emosi dan amarah yang menyakitkan baik fisik ataupun psikis, antonim dari kata Uffin yaitu Kariman yang artinya mulia. Berdasarkan kajian sinkronik dan diakronik kata Uffin pada masa pra Qur’anik bermakna keburukan dan kecelakaan, kemudian pada masa periode Qur’anik bermakna perbuatan dan prilaku jengkel atau kesal. Dan pada masa pasca Qur’anik kata Uffin mengalami pergeseran makna, sebagian pakar bahasa mengatakan Uffin adalah daki hitam dalam kuku atau kotoran, dan yang lainnya berpendapat Uffin adalah gerutuan atau kejengkelan terhadap situasi atau keadaan. Makna Uffin sangatlah luas maka dari itu weltanschauung dari kata Uffin adalah sikap yang mewakili prilaku, perkataan, perbuatan yang tidak sopan atau negatif terhadap orang tua ataupun orang yang lebih tua. Uffin bisa dipahami dengan teori mafhum yaitu segala bentuk yang menyakiti orang tua adalah uffin. Esensi dari kata uffin ini tidak baik. Allah SWT tidak menghendaki hambanya untuk berkata yang tidak baik terhadap orang tua atau kepada siapapun. en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta en_US
dc.subject Semantik, , en_US
dc.subject Uffin en_US
dc.subject Toshihiko Izutsu en_US
dc.title Analisis Makna Uffin dalam Al-Qur’an (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu) en_US
dc.type Skripsi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account