dc.description.abstract |
Tradisi pembacaan Surah al-Mulk dan Asmaulhusna di Pondok
Pesantren Miftahul Huda telah menjadi bagian penting dalam pendidikan
islam, mendukung penerapan praktis Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun tidak semua pemahaman tradisional mendominasi aspek tekstual,
namun masih ada keyakinan bahwa ayat-ayat tertentu memiliki manfaat
khusus, seperti rezeki dan keberkahan. Namun, pemahaman manusia tentang
ibadah terkadang terbatas pada ritual Islam, tanpa mengaitkannya dengan
kehidupan spiritual. Masalah dalam tradisi pembacaan ini mencakup
perbedaan kepercayaan, keterbatasan pemahaman, perbedaan respons santri,
kurangnya minat, dan kurangnya khusyuk dalam pelaksanaannya
Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif yang tergolong
penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan fenomenologi Edmund
Husserl, dengan fokus pada sejarah, pelaksanaan, dan pemaknaan santri
terhadap tradisi pembacaan Surah Al-Mulk dan Asmaulhusna. Data
dikumpulkan melalui purposive sampling yaitu hasil dari pengambilan sample
data dengan pertimbangan tertentu dengan cara memilih santriawati yang ikut
serta dalam tradisi ini dari awal munculnya tradisi yang diadakan oleh Pondok
Pesanten Miftahul Huda hingga saat ini. Dalam penelitian ini, penulis juga
menggunakan data observasi, wawancara serta dokumentasi untuk
mendapatkan hasil dalam penelitiannya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi pembacaan Surah al-Mulk
diinisiasi oleh Wahid Al-Hafidz pada tahun 2008 dan tradisi pembacaan
Asmaulhusna oleh Isti Qonitatu pada tahun 2018. Praktik ini telah menjadi
rutinitas harian bagi santri, di mana Surah al-Mulk dibacakan setelah shalat
Tahajud dan Asmaulhusna sebelum shalat Maghrib. Kesimpulannya, tradisi
pembacaan Surah al-Mulk dan Asmaulhusna memiliki dampak positif dalam
kehidupan santri, meningkatkan kualitas spiritual dan ketaatan kepada ajaran
Islam sehingga menimbulkan pemaknaan santri terhadap tradisi yang sangat
bervariasi, dengan beberapa menganggapnya sebagai ibadah harian yang
penting, sementara yang lain hanya sebagai rutinitas pondok pesantren. Tradisi
ini juga dianggap sebagai sarana ketenangan batin, pendekatan diri kepada
Allah, dan strategi menghafal Al-Qur'an. Santri juga melihatnya sebagai
pembuka pintu rezeki dan sarana perlindungan spiritual. |
en_US |