dc.description.abstract |
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya perdebatan para ulama
mengenai keberadaan majāz di dalam Al-Qur’an. Kemudian, bagi yang
mengambil pendapat di dalam Al-Qur’an terdapat majāz, ada beberapa
penyimpangan makna tafsir di dalam Al-Qur’an dengan menggunakan ta’wīl dan
majāz yang diterapkan oleh sebagian penafsir, salah satunya pengarang kitab
tafsir yang penulis teliti. Kemudian ayat-ayat mengenai surga dan neraka dari
perspektif majāz di dalam surah Al-Taubah berdasarkan penafsiran AlZamakhsyarī serta implikasi-nya mengenai mazhab teologi, juga jarang dibahas
oleh sebagian akademisi, sehingga diperlukan kajian mengenai hal tersebut.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan memberikan pemahaman terkait
dengan ayat-ayat mengenai surga dan neraka dari perspektif majāz di dalam surah
Al-Taubah dan pengaruhnya terhadap penafsiran Al-Zamakhsyarī serta
implikasinya mengenai mazhab teologi. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif-analisis dan berdasarkan kepustakaan (library research).
Sumber data primer yang digunakan adalah kitab Al-Kasysyāf karya AlZamakhsyarī (w. 538 H). Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam
penelitian ini adalah dengan dokumentasi dan secara tematik (pengumpulan ayat
yang satu tema). Penelitian ini juga menggunakan pendekatan linguistik atau
lugawī dengan teori balāgah.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa dalam Al-Qur’an surah Al-Taubah,
terdapat pembahasan ayat-ayat mengenai surga dan neraka dari berbagai
aspeknya seperti keabadian, nama-nama, sifat penduduknya, balasan kenikmatan
dan siksaan, dan perbuatan yang menjadikan pelakunya masuk ke dalam surga
ataupun neraka yang ada dalam 17 ayat. Dari ke-17 ayat tersebut, setelah
dianalisis melalui kitab Al-Kasysyāf karya Al-Zamakhsyarī, diperoleh sebanyak
enam ayat yang di dalamnya mengandung majāz. Setelah dianalisis, dari keenam
ayat tersebut, didapati bahwa tiga diantaranya merupakan majāz lugawī dan tiga
lainnya merupakan majāz ‘aqlī. Akan tetapi majāz lugawī yang ditemukan hanya
terdapat majāz isti’ārah saja, tidak terdapat majāz mursal. Majāz isti’ārah
terdapat pada ayat 49, 68, dan 109. Pada ayat 49 terdapat isti’ārah makniyyah,
muṭlaqah, dan murakkabah (tamṡīlī); pada ayat 68 terdapat isti’ārah makniyyah, mujarradah, dan murakkabah; serta pada ayat 109 terdapat isti’ārah taṣrīḥiyyah,
murasysyaḥah, dan murakkabah (tamṡīlī). Sedangkan tiga ayat lainnya pada ayat
72, 89, dan 100 merupakan majāz ‘aqlī dengan ‘alāqah makāniyyah pada ketiga
ayatnya. Dari kesembilan ayat tersebut (identifikasi secara umum) yang
berimplikasi terhadap mazhab teologi penafsirannya terdapat tiga ayat.
Implikasinya terdapat dalam ayat 22, 68, dan 99, mengenai prinsip muktazilah al-
‘adl, al-manzilah baina manzilatain, dan al-wa’d wa al-wa’īd. |
en_US |