Abstract:
Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini, keduanya saling berkaitan satu dengan yang lain.
Kebudayaan lahir dari proses kehidupan manusia dengan manusia yang lain
ataupun dari alam. Oleh karena itu, manusia sebagai subjek yang
menghasilkan kebudayaan itu sendiri. Masyarakat di kepulauan Kei, Kota
Tual memiliki falsafah hidup, budaya, dan hukum adat yang mengatur
kehidupan mereka sehingga mereka bisa hidup rukun antara satu sama lain.
Falsafah tersebut adalah Ain Ni Ain yaitu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan
dari masyarakat yang ada di kepulauan Kei baik itu orang islam maupun non
muslim, dimana dalam Al-Qur‟an jelas bahwa menjaga persatuan sangat
penting baik itu beda suku, maupun bangsa, Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah untuk memahami budaya Ain Ni Ain dalam konsep persatuan
dalam Al-Qur‟an.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dengan menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan fenomenologi yang dikembangkan
edmund husserl, sumber data primer merujuk pada 4 tokoh agama. Adapun
sumber data sekunder merujuk pada buku, artikel, jurnal web dan
sejenisnya.teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Ain Ni Ain memiliki peran
penting dalam kehidupan masyarakat diKepulauan Kei, khususnya
masyarakat Kota Tual karena dengan menggunakan falsafah ini masyarakat
tetap hidup rukun dan damai, Ain Ni Ain sebagaimana sangat berkaitan
dalam perspektif Al-Qur‟an karena maknanya persatuan khususnya pada
surah Al-Hujurat Ayat 13 bahwa manusia diciptakan dari berbagai suku dan
bangsa, mulai dari perbedaan agama, adat bahasa serta warna kulit, hal ini
menunjukan bahwa keragaman suatu bangsa adalah tuntutan untuk saling
mengenal umat yang satu berdasarkan rasa kemanusiaan untuk saling tolong
menolong, implementasi persatuan bangsa dapat diterapkan dalam berbagai
aspek baik lingkungan keluarga, sekolah atau kampus dan masyarakat.