Abstract:
Al-Qur’an, sebagai wahyu ilahi, berbeda dengan qirā’āt yang
merupakan variasi bacaan teks wahyu. Qirā’āt memiliki peran penting dalam
cara pengucapan dan interpretasi lafaz-lafaz tertentu dalam Al-Qur'an, yang
dapat mempengaruhi makna ayat-ayatnya. Perbedaan ini sering kali menjadi
landasan dalam studi dan interpretasi teks suci, termasuk dalam konteks
penafsiran oleh para ulama.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Farsy al-Ḥurūf dalam Q.S.
Al-Māidah dan mengungkap bagaimana perbedaan qirā’āt sab’ah
berkontribusi terhadap penafsiran dalam Marāh Labīd karya Syekh Nawawi
al-Bantani. Penelitian ini bersifat library research degan jenis penelitian
kualitatif. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu tafsir dan
ilmu qirā’āt.
Dalam kitab Marāh Labīd terdapat 22 lafaz dari 18 ayat Farsy al-Ḥurūf
dalam Q.S. Al-Māidah. Adapun hasil penelitian mengidentifikasi 16 lafaz
yang tidak berpengaruh terhadap penafsiran, dan terdapat 6 lafaz dari 6 ayat
yang memiliki pengaruh terhadap penafsiran, yaitu ayat 6, 57, 60, 107, 110,
dan 112. Di antara keenam ayat tersebut, hanya ayat 6 yang memiliki
implikasi terhadap hukum, sementara lima ayat lainnya meskipun memiliki
variasi dalam qirā’āt, tetapi memiliki makna yang saling melengkapi.