Abstract:
Tradisi pembacaan zikir nasyid merupakan salah satu praktik living
Qur'an yang menarik untuk dikaji karena pembacaan zikir nasyid di pesantren
tidak hanya berfungsi sebagai sarana ibadah dan penyucian jiwa, tetapi juga
memiliki makna dan nilai-nilai yang lebih mendalam. Melalui kajian living
Qur'an, makna dan nilai-nilai tersebut dapat diungkap dan dipahami secara
lebih komprehensif.. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tradisi
pembacaan zikir nasyid di pondok pesantren sebagai bentuk interaksi dan
respons masyarakat terhadap Al-Qur'an.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang sumber data
utamanya adalah penelitian lapangan (field research). sedangkan pendekatan
yang digunakan untuk menganalisis data adalah pendekatan fenomenologi.
Data primernya adalah observasi di Pondok Pesantren Hidayatullah Martapura
sebagai lokasi diadakannya Tradisi Pembacaan zikir nasyid dan wawancara
dengan Pimpinan Umum Pondok Pesantren Hidayatullah, Pimpinan III dan
Sekretaris Pondok dan santri. Data sekundernya yaitu data dokumentasi, arsiparsip dan data administrasi santri Pondok Pesantren Hidayatullah, buku-buku
yang berkaitan dengan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yaitu
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi pembacaan zikir nasyid di
pondok pesantren Hidayatullah sudah ada sejak tahun 1998 yang dibawakan
oleh guru fahmi. Tradisi ini merupakan bentuk living Qur'an yang khas, di
mana Al-Qur'an tidak hanya dibaca, tetapi juga diterjemahkan ke dalam zikir
dan syair-syair nasyid yang mengandung pujian dan nasihat-nasihat agama.
Proses pelaksanaan nya yakni tergabung pada acara haul dengan mengatur
posisi tertentu kemudian zikir dibaca bersamaan dengan nasyid disertai
dengan Gerakan-gerakan yang tidak bertentangan dengan syaruat Tradisi ini
memiliki makna dan fungsi yang penting bagi kehidupan spiritual dan sosial
masyarakat pesantren. Secara spiritual, tradisi ini menjadi sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperkuat iman, dan menanamkan
nilai-nilai keislaman. Secara sosial, tradisi ini berperan dalam mempererat silaturahmi, menjaga identitas pesantren, dan menjadi media dakwah yang
efektif bagi masyarakat luas.