Abstract:
Tafsir lisan dinyatakan sebagai induk tertua penafsiran. Uniknya, hingga
detik ini penafsiran lisan tetap menunjukkan eksistensinya. Inovasi teknologi
dan konvergensi berbagai media mampu mendokumentasikan tafsir. Salah
satunya tafsir Surah Al-Fātiḥah pada Channel Adi Hidayat Official. Corak
tafsir lugāwi yang terbilang sukar dimengerti, berhasil dibantahkan Adi
Hidayat. Hal tersebut tentu bukan suatu kebetulan semata. Pasti Adi Hidayat
mempraktekkan sebuah metode tertentu dalam mempengaruhi khalayak. Oleh
karena itu, guna elaborasi lebih lanjut dari penelitian metodologis tafsir,
penulis menganalisis kelisanan yang melekat atasnya. Dan mengacu pada ciri
kelisanan Walter J.Ong dalam bukunya “Orality and Literacy”, penulis
berupaya menguak ciri kelisanan tersebut.
Skripsi ini sejalan dengan tulisan Rahmat (2019) dan Abroro (2020) yang
masing-masing mengkaji tafsir lisan di media sosial. Sementara berbeda
dengan Miftahuddin (2020) dan Fajar (2021), keduanya menganalisa
perkembangan tafsir. Berikutnya, Farachadist (2021) yang mengidentifikasi
perbandingan tafsir tertulis dan tafsir lisan. Kemudian, Librianti (2022) yang
meneliti tradisi lisan sebagai sarana dakwah. Terakhir, Fikriyati (2022) yang
menelusuri gaya komunikasi pada tafsir. Sayangnya, masih terdapat
kekosongan terkait tafsir lisan Adi Hidayat yang membahas tentang Surah AlFātiḥah.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan sistem penelitian
kepustakaan (library research). Sumber data primer yang digunakan adalah
materi-materi kajian tafsir dari Adi Hidayat yang berisikan penjelasan
mengenai surah Al-Fātiḥah, lalu direkam dan diunggah melalui akun resmi
youtube Adi Hidayat Official. Teknik pengumpulan data menggunakan
metode dokumentasi. Penyajian data dalam tulisan ini berupa analisis isi serta
deskriptif analisis. Dengan menggunakan pendekatan historis, filosofis, dan linguistik, ditambah ilmu kelisanan meminjam teori dari Walter J.Ong dalam
“Orality and Literacy” yang akan digunakan dalam menganalisis penafsiran.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penafsiran lisan Adi Hidayat secara
metodologinya menggunakan sumber metode bi al-ra’yi, tanpa menafikan bi
al-ma`ṡur. Metode penafsiran yang digunakan adalah taḥlili dengan corak
tafsir lugāwi, aḥkam, dan adabi ‘ijtima’i. Secara ideologi penafsirannya
berteologikan Salafi yang berpegang pada Ibn Taymiyah. Serta bermazhab
Fikih Ḥambali. Adapun ciri kelisanannya terdiri dari aditif alih alih
subordinatif, berlebih-lebihan atau panjang lebar, dekat dengan kehidupan
sehari-hari, empatis dan partisipatif, dan bergantung situasi alih-alih abstrak.