Abstract:
tradisi surah Yāsīn dan Al-Kahfi yang aktif diamalkan di Pesantren Al-Qur’an
KH. Abdullah Syafi’ie Pulo Air Sukabumi. Namun karena merupakan program
wajib pesantren, maka santri dituntut untuk mengikutinya, terlepas dari paham
atau tidaknya santri terhadap tindakan atau resepsi tersebut. Sehingga
penelitian ini akan mengungkap mengenai asal-usul, pelaksanaan, dan
pemahaman makna dari tradisi pembacaan surah Yāsīn dan Al-Kahfi di
Pesantren Al-Qur’an KH. Abdullah Syafi’ie Pulo Air Sukabumi menurut Teori
Sosiologi Pengetahuan Karl Mannheim.
Penelitian termasuk kategori penelitian kualitatif dalam bentuk
penelitian lapangan (field research). Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi Living Qur’an dengan Teori Sosiologi Pengetahuan
Karl Mannheim. Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif analisis
dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi.
Sumber data primer melalui observasi dan wawancara dengan teknik snowball
sampling. Sumber data sekunder berasal dari catatan kegiatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, artikel, jurnal, agenda dan literatur lain yang relevan
dengan penelitian ini.
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa pembacaan surah Yāsīn
dilatarbelakangi kebiasaan pendiri pesantren, yaitu bapak KH. Abdul Rasyid
yang ia peroleh dari ayahnya, KH. Abdullah Syafi’ie. Sedangkan pembacaan
surah Al-Kahfi dilatarbelakangi inisiatif pimpinan pesantren, yakni Ustazah
Asma berdasarkan hadis Nabi Saw. Pembacaan surah Yāsīn dilaksanakan
setiap hari setelah salat Subuh berjamaah selain di hari Jum’at. Pembacaan
surah Al-Kahfi dilaksanakan khusus di hari Jum’at setelah salat Subuh.
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh santri di masjid dengan dipimpin oleh pengurus dan diawasi oleh mudabir dan mudabbiroh yang bertugas
berdasarkan tata cara pelaksanaan yang telah diatur oleh pesantren. Makna
tradisi ini adalah: Makna objektif berupa ketaatan terhadap tata tertib pesantren
dan pelestarian tradisi pesantren. Makna ekspresif berupa media memperoleh
ketenangan lahir dan batin, sarana berbakti kepada kedua orang tua dan
kerabat, wasilah mempermudah urusan, perantara memperoleh husnul
khotimah, sarana menghafal Al-Qur’an, sarana membentuk kepribadian
Qur’ani, dan sarana perlindungan diri. Makna documenter berupa menjadikan
dan membiasakan sebuah budaya menjadi suatu kegiatan yang wajib
dikerjakan.