Abstract:
Sidrat Al-Muntahᾱ dalam Al-Qur'an diartikan para ulama dari dua kata
yaitu Sidrah yang berarti pohon bidara kemudian kata Muntaha yang berarti
kesudahan atau paling akhir. Jadi Sidrat Al-Muntahᾱ adalah pohon Sidr yang
berada paling akhir alam semesta ini. Kata Sidrat Al-Muntahᾱ dalam Al-Qur'an
hanya terdapat 2 ayat sehingga penafsiran khusus mengenai Sidrat Al-Muntahᾱ
ini tidak begitu luas. Menurut penulis, mufasir dalam menafsirkan kata Sidrat
Al-Muntahᾱ lebih banyak menggunakan makna hakiki daripada majazi. Maka
dari itu, penulis ingin menganalisis bagaimana dan apa alasan mufasir
menafsirkan Sidrat Al-Muntahᾱ dengan makna hakiki dan majazi dengan
menganalisis dari ideologi dan guru mufasir yang mungkin mempengaruhi
penafsirannya. Kemudian penulis ingin menganalisis komparasi penafsiran
Sidrat Al-Muntahᾱ pada tafsir era klasik, modern dan kontemporer. Maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis alasan mufasir
menafsirkan Sidrat Al-Muntahᾱ dengan makna hakiki dan majazi dan
membandingkan penafsiran Sidrat Al-Muntahᾱ pada era tafsir klasik, modern
dan kontemporer.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yakni melakakukan
pengumpulan data dan pengkajian terhadap suatu fenomena secara mendalam.
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah library research dengan
merujuk pada sumber primer dan sekunder, terutama kitab-kitab tafsir klasik,
modern dan kontemporer, kemudian data pendukung dari buku, jurnal atau
artikel yang dapat membantu dalam penelitian ini. Metode analisis data dalam
penelitian ini berupa analisis isi. Pendekatan pada penelitian ini menggunakan
tafsir tematik dengan penafsiran deskriptif dan komparatif serta konsep teori
periodesasi tafsir Al-Qur'an.
Hasil penelitian dari penafsiran Sidrat Al-Muntahᾱ menurut para mufasir
yaitu para mufasir lebih banyak menafsirkan dengan makna hakiki karena menurut para mufasir makna hakiki lebih cocok untuk menafsirkan hal ghaib
seperti Sidrat Al-Muntahᾱ. Kemudian analisis penafsiran Sidrat Al-Muntahᾱ
komparasi tafsir klasik, modern dan kontemporer yaitu mufasir klasik
menafsirkan Sidrat Al-Muntahᾱ dengan dua makna yaitu hakiki dan majazi,
mufasir modern menafsirkan Sidrat Al-Muntahᾱ dengan makna hakiki dan
mufasir kontemporer menafsirkan Sidrat Al-Muntahᾱ dengan makna majazi
untuk mengungkapkan makna simbolis dari makna hakiki Sidrat Al-Muntahᾱ.