dc.description.abstract |
Fenomena flexing dalam era digital mencerminkan ekspresi
memamerkan keberhasilan, gaya hidup, dan aset materi melalui media
sosial. Dalam konteks website tafsir di Indonesia, flexing terlihat pada
konten yang menunjukkan keunggulan pengetahuan agama pengelola
situs, serta penggunaan teknologi dan fitur interaktif untuk meningkatkan
pengalaman pengguna. Namun, penting untuk menjaga kualitas konten
dan integritas dalam menyampaikan pesan agama agar tetap selaras
dengan tujuan dakwah. Flexing di era digital terus berkembang, dan perlu
digunakan dengan bijak untuk mendukung penyebaran ilmu agama yang
sejati.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus
pada tafsir dan media. Sumber data berasal dari dua artikel utama, yaitu
"Sikap Al-Qur‟anTerhadap Flexing Culture" dalam tafsiralquran.id dan
"Menyikapi Fenomena Flexing Menurut Perspektif Al-Qur‟an" dalam
tanwir.id. Data dikumpulkan melalui metode literatur review dan online
review, yang dianalisis dengan membandingkan kedua artikel tersebut.
Perbandingan ini bertujuan untuk memahami pengaruh fenomena flexing
dalam tafsir al-Qur'an yang ditampilkan di media sosial.
Meskipun publikasi melalui website lebih cepat dibandingkan
buku atau jurnal ilmiah, proses seleksi dan penyuntingan tetap dilakukan
oleh tim redaksi untuk menjaga kualitas. Berbeda dengan tafsir di media
sosial yang umumnya tidak melalui seleksi ketat, tafsir berbasis website
menawarkan konten yang lebih terkurasi, relevan, dan terpercaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena flexing dalam
tafsir digital di website tafsiralquran.id dan tanwir.id relevan dalam
konteks media sosial. Kedua situs mengaitkan flexing dengan perilaku
yang dilarang dalam Islam, berdasarkan Qs. At-Takasur (102:1-2) dan
Qs. Luqman (31:18). Flexing dianggap mengalihkan fokus dari tujuan
akhirat dan mencerminkan kesombongan.
Penelitian juga menemukan bahwa website tafsir lebih terstruktur
dan terpercaya dibandingkan dengan konten flexing yang spontan di
media sosial. Ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut tentang tafsir
digital guna memahami dampaknya pada masyarakat. Secara
keseluruhan, flexing di media sosial bertentangan dengan nilai-nilai
Islam, sementara website tafsir memberikan panduan yang lebih dapat
diandalkan. |
en_US |