dc.description.abstract |
Tradisi Dārusan dan Sima’an Al-Qur’an merupakan bagian
integral dari praktik keagamaan di Pondok Pesantren Madrasatul Huffadz
1 Gedongan, Cirebon, yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
Tradisi ini tidak hanya menjadi sarana untuk mendalami dan menghafal
Al-Qur’an , tetapi juga mencerminkan hubungan yang erat antara ayatayat suci dan kehidupan sehari-hari para santri. Di tengah arus modernisasi
dan perubahan sosial yang cepat, muncul pertanyaan mengenai bagaimana
tradisi bertahan dan bagaimana para santri meresponnya. Masalah dalam
tradisi ini mencakup keterbatasan pemahaman, perbedaan respon santri,
kurangnya khusyuk dalam pelaksanaannya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriftif,
dengan studi field research yang berbasis studi living quran, penelitian ini
memberikan gambaran tentang hasil penelitian dengan mendeskripsikan
data-data aktual yang diperoleh di lapangan. Sumber data primer
didapatkan dari hasil observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi.
Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi Edmund Husserl,
dengan fokus pada sejarah, praktik pelaksanaan dan resepsi santri terhadap
tradisi Dārusan dan simaan Quran.
Sementara hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi
Dārusan dan Sima’an Qur’an diinisiasi oleh Pendiri Ponpes Madrastul
Huffadz 1 Gedongan Cirebon yaitu KH.Abu bakar Shofwan sejak
didirikannya pondok pesantren pada tahun 1973, yang sampai saat ini
tradisi Dārusan dan simaan terus berjalan. Tradisi simaan Al-Qur’an
terbagi menjadi 2 jenis yaitu simaan Al-Qur’an kelipatan 5 juz yang
diinisiasi oleh KH.Abu dan Sima’an Jum’at rutin dinisiasi oleh Ust.Ahmad Suhaemi pada tahun 2013. Tradisi Dārusan dan Sima’an
Qur’an ini memiliki dampak positif dalam kehidupan sehari-hari santri.
Sehingga menimbulkan resepsi santri terhadap tradisi Dārusan dan
simaan quran yang sangat bervariasi. Beberapa santri menganggapnya
sebagai sarana memperkuat hafalan, sebagai sarana ibadah dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT, mempererat ukhuwah persaudaraan,
meningkatkan kedisiplinan, sebagai strategi muroja’ah, serta melatih
mental dan keperceyaan diri santri. Adapun kontribusi tradisi ini terhadap
kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan Living Qur'an.
Melalui peningkatan pemahaman dan hafalan, pengaruh sosial dan
kultural, serta penghargaan terhadap prestasi santri. |
en_US |