Abstract:
Komunikasi menggunakan lambang-lambang tertentu sebagai simbol
dalam pengungkapan pesan dakwah dan budaya yang merupakan suatu proses
dakwah yang memikirkan keragaman budaya antar subjek, objek dakwah serta
keragaman penyebab terjadinya gangguan interaksi antar budaya agar pesan
dakwah dapat tersampaikan dengan tetap terjaga situasi dengan kondisi yang
damai. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan dan menganalisis tradisi
Akkattere dan pandangan seorang dai mengenai tradisi Akkattere yang ada di
suku Kajang, yang menjadi keyakinan dan landasan dalam pelaksanaan ibadah
yang dilakukan.
Permasalahan pada penelitian ini terletak pada bagaimana dakwah dan
budaya serta tantangan dakwah dalam tradisi Akkattere yang berdampak pada
keyakinan leluhurnya dan perbedaan dalam syariat islam. Penelitian terdahulu
banyak membahas komunikasi dan ritual-ritual yang ada di suku kajang,
namun terdapat perbedaan pada pendekatan yang digunakan.
Metode penelitian yang digunakan yakni kualitatif deskriptif, dengan
analisis menggunakan pendekatan Teori Interaksi Simbolik, yang
dikemukakan oleh George Herbert Mead, Herbert mengatakan teori ini terdiri
dari tiga variabel, yaitu pikiran, konsep diri dan masyarakat. Teknik
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini, yakni wawancara,
observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini, yakni suku Kajang meyakini bahwa tradisi
Akkattere ini sudah turun temurun di lakukan dan menjadikan tradisi Akkattere
sebagai ibadah tertinggi yang ada di suku Kajang, karena Kajang merupakan
suku yang masih kental akan ajaran nenek moyangnya dan meyakini ajaranajaran leluhurnya walaupun masyarakat kajang mengakui dirinya sebagai
orang Islam.