dc.description.abstract |
Latar belakang penelitian ini adalah mengenai
banyaknya anggapan bahwa menangis sering disebut sebagai
bentuk kelemahan dan kerapuhan. Atas dasar itu, maka dalam
tulisan ini, penulis berupaya menguraikan bagaimana
sebenarnya pandangan Al-Qur’an mengenai menangis.
Diperkuat dengan beberapa hadis sebagai penjelas dan merinci
bagaimana Nabi Muhammad Saw., Para Sahabat, Tabi’in dan
orang-orang Shalih yang senantiasa khusyu’ dan menangis
dalam ibadahnya.
Dalam penulisan skripsi ini metode yang digunakan
oleh penulis dalam upaya pencarian data adalah penelitian
kepustakaan (library research). Sumber utama penelitian ini
adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan menangis,
serta hadis-hadis tentang menangis yang terdapat didalam kitab
shahih maupun sunan. Selain itu penelitian ini juga
menggunakan metode maudu’i, yaitu sebuah metode tafsir
yang memiliki pengertian menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an
yang membahas masalah tertentu dari berbagai surah Al-
Hasil penelitian ini adalah diketahui bahwa menangis
mempunyai arti yang sangat penting dalam Al-Qur’an,
diantaranya Al-Qur’an mengajarkan bahwa perbanyaklah
menangis dan lebih sedikit tertawa, selain itu Al-Qur’an juga
memaparkan bahwa menangis itu dibagi menjadi dua, yakni
menangis yang diridhai dan menangis yang dimurkai.
Menangis yang diridhai oleh Allah, adalah ketika menangisnya
para Nabi dan orang-orang shalih ketika mendengarkan ayatayat
Al-Qur’an. Sedangkan menangis yang dimurkai oleh
Allah ialah tangisan yang dilakukan hanya untuk menipu dan
mengelabui manusia demi keuntungannya, contohnya ialah
tangisan para Saudara Nabi Yusuf As. Ketika berusaha
meyakinkan ayah mereka bahwa Nabi Yusuf As. telah
diterkam oleh Serigala |
en_US |