Abstract:
Salah satu cabang Ulum Al-Qur’an yang membahas mengenai hubungan korelasi baik itu susunan ayat maupun tertib surah adalah ilmu Munasabah. Lebih jelasnya cabang ilmu ini membahas secara khusus mengenai persesuaian antara ayat dengan ayat lainnya dan hubungan urutan antar surah dalam Al-Qur’an. Seorang orientalis Michel Cuypers dalam karyanya yang berjudul The Composition of Qur’an menyebutkan bahwa struktur Al-Qur’an terdiri dari beberapa komposisi dan kombinasi yang bersifat dasar dan saling berhubungan yang dapat dianalisa berdasarkan kesusateraan semitic, di lain sisi dalam tafsir Al-Asas fii Tafsir karya Sa’id Hawwa’ mengungkapkan bahwa Al-Qur’an merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan berkesinambungan satu sama lain.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pandangan konsep munasabah menurut Michel Cuypers dan Sa’id Hawwa’. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research) dikarenan penelitian mengambil data dari berbagai referensi kepustakaan, adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis komparatif (analytical comparative method) dimana penelitian ini mencoba mendeskripsikan pemikiran kedua tokoh khususnya dalam hal munasabah, kemudian dicari persamaan dan perbedaan untuk kemudian menyoroti titik temu kedua tokoh.
Diantara hasil penelitian yang diperoleh sebagaimana analisis Michel Cuypers dengan adanya pembagian ke dalam partikel yang lebih kecil untuk menentukan suatu pola berdasarkan prinsip retorika Semit, dapat membuktikan kesesuaian ayat antar ayat dan kedudukan ayat dalam surah, sedangkan Sa’id Hawwa’ dengan membagi surah maupun ayat dalam surah secara berurutan dari keseluruhan Al-Qur’an kemudian dihubungkan lagi dengan Al-Baqarah, dapat menggambarkan bahwa Al-Qur’an saling melengkapi dan memiliki kesatuan tema yang ia sebut Al-Wahdah Al-Qur’aniyah. Dalam hal ini kedua tokoh memiliki persamaan, dimana keduanya dapat membuktikan bagaimana kesimetrisan Al-Qur’an untuk mengukuhkan bahwa Al-Qur’an bersifat orisinal. Dan dari segi perbedaan kedua tokoh memiliki metode yang berbeda dalam menentukan kelompok ayat yang saling bersinggungan, dimana Michel Cuypers berdasarkan prinsip retorika Semit, sedangkan Sa’id Hawaa’ berdasarkan kesinambungan makna dalam ayat yang berkaitan secara berurutan, yang kemudian ia hubungkan dengan surah Al-Baqarah.