dc.description.abstract |
Overthinking salah satu gangguan psikologis yang sering dialami oleh
seluruh manusia terutama kalangan remaja dan dewasa, di mana mereka
merasa terjebak dalam pola berpikir yang berlebihan atau terus-menerus
khawatir tentang berbagai hal. Kondisi ini dapat menyebabkan dampak negatif
yang cukup besar pada kesehatan mental, termasuk perasaan ketakutan,
kecemasan, kegelisahan, dan prasangka buruk yang memengaruhi
kesejahteraan emosional dan sosial mereka.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
penelitian berbasis data kepustakaan (library research). Sumber data primer
adalah kitab Tafsir Al-Qur’an AL-ADẒHĪM karya Ibn Katsir (w. 1373 M),
yang dibatasi pada enam ayat: QS. Al-Ḥujurāt [49]: 12, QS. Al-Nūr [24]: 12,
QS. An-Najm [53]: 28, QS. An-Nās [114]: 4-5, QS. Al-Ma’rij [70]: 19 dan
QS. Al-Baqarah [2]: 155 untuk mengkaji respons Al-Qur’an terhadap
overthinking. Data sekunder mencakup tulisan Ibn Katsir (w. 1373 M) dalam
Al-Qur’an AL-ADẒHĪM: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, artikel,
buku, dan jurnal relevan lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dokumentasi, dengan metode deskriptif sebagai pendekatan penelitian.
Pendekatan yang diterapkan adalah teori maudhui dari kitab Al-Bidāyah fī atTafsīr al-Maudhu’i: Dirāsah Manhajiyyah Maudhu’iyyah.
Penafsiran tentang ayat-ayat overthinking menurut Ibn Katisr pada
tafsir Al-Qur’an AL-ADẒHĪM Karya Ibn Katsir (w. 1373 M) rincianya sebagai
berikut: Pertama, menafsirkan overthinking deang zan (prasangka buruk)
terdapat pada QS. An-Nūr [24]: 12, kasus tuduhan keji (fitnah) terhadap
Aisyah ra. oleh sekelompok orang, sedangkan QS. Hujurāt [49]: 12,
memperingatkan tentang bahaya prasangka dan ghibah (menggunjing), dan
QS. An-Najm [53]: 28, ketidakmampuan manusia untuk mengetahui apa yang
akan terjadi di masa depan, termasuk tentang orang lain. Kedua, menafsirkan
ayat Al-Waswās (keraguan) terdapat pada QS. An-Nās [114]: 4-5, membahasa tentang menjelaskan bahwa bisikan buruk yang disebarkan oleh makhluk gaib
tersebut ditanamkan ke dalam dada manusia. Ketiga, Menafsirkan ayat
terdapat pada Haluū’a (gelisah) QS. Al-Ma’rij [70]: 19, membahas tentang
manusia memiliki kecenderungan untuk merasa gelisah. Keempat,
Menafsirkan ayat Khauf terdapat pada (takut) QS. Al-Baqarah [2]: 155,
Ketakutan yang disebutkan dalam ayat ini merujuk pada rasa cemas atau
khawatir yang mungkin dialami seseorang dalam menghadapi ancaman,
bahaya, atau situasi yang tidak menentu. Relevansi penafsiran Ibn Katsir (w. 1373 M) mengenai ayat-ayat AlQur’an terkait overthinking tetap sangat relevan dalam menghadapi prasangka
buruk, gelisah, kerguan dan ketakutan. Ini menunjukkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang penulis teliti sangat bermanfaat sebagai panduan hidup dan solusi dalam
situasi tersebut. Namun, penerapan ajaran ini belum tersosialisasikan atau
sudah tersosialisasikan tetapi mereka mengabaikannya dan ada juga yang
memahami namun tidak menerapkannya, sehingga mengakibatkan
overthinking. Penyebab kurangnya pemahaman bisa jadi karena
ketidakpahaman terhadap ajaran Islam atau karena mereka lupa atau tidak
menyadari ajaran yang sebenarnya sudah ada |
en_US |