Abstract:
Tesis ini berbicara tentang ilustrasi kiamat berdasarkan penggambaran dalam Al-Qur’an. Hari kiamat adalah perkara gaib dan tidak seorangpun mengetahuinya secara pasti, tetapi gambaran tentang hari kiamat tersebut disebutkan Allah SWT dalam firman-firman-Nya. Penulis mengkaji Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Misbah karena kedua tafsir ini menjelaskan secara rinci bagaimana situasi pada hari kiamat nanti, dengan bahasan yang sederhana serta pemakaian bahasa yang komunikatif sehingga mempermudah penulisan tesis ini.
Untuk menjelaskan masalah tersebut, penulis menggunakan metode tafsir dan teologis dengan kajian taḥlīlī agar bahasan terfokus pada beberapa ayat tentang ilustrasi kiamat dari sekian banyak ayat yang ada dalam Al-Qur’an. Sedangkan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tafsir Al-Azhar dan Al-Misbah sebagai data primer, yaitu penafsiran ayat-ayat tentang ilustrasi kiamat di dalam Al-Qur’an. Sebagai data sekunder, dikaji juga karya-karya mereka yang masih berkaitan dengan konsep kiamat, dan buku-buku yang membahas tentang kiamat, untuk memperkuat argumentasi yang dibangun dalam penyusunan tesis ini. Setelah dikumpulkan dengan metode dokumentasi, data-data tersebut akan diolah dengan menggunakan metode analisis isi (content analisys).
Dari ayat-ayat tentang hari kiamat, penulis menyimpulkan bahwa tafsir yang ditulis oleh kedua mufasir merupakan hal yang sesuai dengan apa yang dikaji penulis, yaitu tentang bagaimana kondisi yang mencekam saat terjadinya kiamat tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, Hamka dan M. Quraish Shihab menganggap bahwa Ilustrasi Kiamat yang digambarkan dalam Al-Qur’an sangat dahsyat. Hal ini sesuai dengan penafsiran para ahli tafsir kontemporer. Pengertian tersebut juga tidak bertentangan dengan penafsiran para ahli tafsir klasik. M. Quraish Shihab menyatakan bahwa ilustrasi Kiamat diperlukan untuk menggugah hati manusia agar bersiap-siap menghadapi perhitungan Allah SWT, dan penafsiran M. Quraish Shihab diwarnai dengan ilustrasi untuk memudahkan pemahaman pembaca dengan metode mauḍū’ī, adapun Hamka dalam konsep kiamat lebih menggambarkan situasi tersebut dengan keadaan dan gambaran yang sebenarnya dengan metode bi al-ra’yi.
