| dc.description.abstract |
Penelitian ini mengkaji zikir yang merupakan ibadah yang memadukan antara ibadah secara lisan dan qalb, dimana menurut Ibnu Arabi zikir menuntut kesiapan qalb untuk mengalami tajalli al-Haqq (penampakan Tuhan) yang membuktikan bahwa zikir adalah hubungan langsung atara seorang hamba dengan Tuhannya yang berlangsung terus menerus dalam keragaman bentuk, sesuai dengan kesiapan hamba tersebut.
Penelitian ini secara khusus membahas konsep Źikrullah dalam perspektif tafsir sufi karya Muhyiddin Ibnu Arabi, dengan fokus terhadap ayat-ayat yang secara eksplisit mengandung lafaz zikir di dalam Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan tafsir sufi-falsafi, sedangkan sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tafsir al-Qur’an al-Karim karya Ibnu Arabi, dan didukung dengan buku-buku karya beliau seperti Fusush al-Hikam dan Futuhat al-Makiyyah.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa, Ibnu Arabi mengartikan zikir sebagai sarana hubungan hamba dengan Tuhannya melalui konsep tajalli yang berjalan setiap detik dan setiap waktu. Zikir juga menjadi pondasi utama alam semesta terus berlajan, karena melalui tajalli yang memantulkan sifat-sifat Tuhan di dalam proses berzikir, alam akan berjalan sebagaimana mestinya. Maka dari itu, ada beberapa ‘keburukan’ yang tersebar di alam ini, diakibatkan orang-orang yang tidak menyempatkan wantunya berzikir kepada Tuhannya. Hal tersebut selaras dengan fenomena moral yang belakangan ini terjadi, seperti korupsi dan kesehatan mental. Zikir memiliki fungsi tidak hanya sebagai ibadah belaka, juga sarana penjagaan jiwa dan sosial. |
en_US |