DSpace Repository

Kontekstualisasi Tafsir Ayat-Ayat Talak dengan Pendekatan Double Movement Fazlur Rahman (1919-1988 M.)

Show simple item record

dc.contributor.advisor Said Agil Husin Al-Munawar
dc.contributor.advisor Muhammad Ulinnuha
dc.contributor.author Nur Izzah, 316440015
dc.date.accessioned 2025-11-27T07:44:12Z
dc.date.available 2025-11-27T07:44:12Z
dc.date.issued 2025
dc.identifier.uri https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4448
dc.description.abstract Angka perceraian terus naik dan fenomena ini tidak terbatas pada satu agama saja; ia terjadi di semua lapisan masyarakat dan dipengaruhi banyak hal, mulai dari gaya hidup yang cepat hingga tekanan ekonomi. Dalam Islam, proses talak sudah diatur lewat ayat-ayat QS. Al-Ṭalāq [65]: 1, QS. Al-Baqarah [2]: 228-229 dan QS. An-Nisā’ [4]: 34-35, tetapi para ulama sepanjang sejarah menafsirkan teks-teks itu dengan cara yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi dan mengontekstualisasikan perkembangan penafsiran ayat-ayat talak. Kemudian menganalisis kontekstualisasi dan relevansi ayat-ayat talak dengan pendekatan double movement dalam konteks ke-Indonesiaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan (library research). Analisis dilakukan secara deskriptif, komparatif, dan tematik dengan memanfaatkan teori Double Movement Fazlur Rahman sebagai kerangka analisis utama. Sumber primer meliputi Al-Qur’an, kitab tafsir klasik: karya At-Ṭabarī, Ibn Kaṡīr dan al-Qurṭubī, serta karya Fazlur Rahman. Sumber sekunder mencakup buku metodologi tafsir, artikel ilmiah, tesis, dan publikasi yang relevan dengan kajian tafsir dan konteks sosial talak. Penelitian ini menyimpulkan, penafsiran para ulama tentang ayat-ayat talak menunjukkan kesinambungan makna normatif yang mengikat, tetapi tetap terbuka terhadap perkembangan zaman. Ulama klasik dan pertengahan seperti At-Ṭabarī (224–310 H./839-925 M.), Ibn Kaṡīr (705-774 H./1300-1374 M.) dan al-Qurṭubī (580-671 H./1184-1275 M.) lebih menekankan aspek formal dengan rumusan fikih tentang iddah, rujuk, dan larangan menjatuhkan talak dalam kondisi tertentu. Sebaliknya, ulama kontemporer, termasuk Wahbah az-Zuḥailī (1351-1434 H./1932-2015 M.) dan M. Quraish Shihab (l. 1944 M.), cenderung melihat talak sebagai lembaga sosial yang harus melindungi kemaslahatan dan martabat perempuan. Perbedaan pendekatan ini menunjukkan bahwa tafsir ayat-ayat talak bergerak mengikuti dinamika masyarakat, namun tetap berpijak pada prinsip etis dan tanggung jawab moral yang menjadi ciri ajaran Islam. Kontekstualisasi QS. Al-Ṭalāq [65]:1 dan QS. Al-Baqarah [2]:228–229 melalui double movement Fazlur Rahman menunjukkan bahwa ketentuan talak dalam Al-Qur’an bukan sekadar aturan teknis, melainkan koreksi atas tradisi patriarkal dan pedoman etis bagi sistem hukum modern. Talak dipahami sebagai mekanisme hukum yang menjaga keadilan, keadaban keluarga, serta martabat perempuan, sehingga nilai universalnya tetap relevan dalam menjawab problem rumah tangga masyarakat Indonesia masa kini. en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher Program Pascasarjana IIQ Jakarta en_US
dc.subject Talak en_US
dc.subject Double Movement en_US
dc.subject Fazlur Rahman en_US
dc.title Kontekstualisasi Tafsir Ayat-Ayat Talak dengan Pendekatan Double Movement Fazlur Rahman (1919-1988 M.) en_US
dc.type Disertasi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account