Abstract:
Anak tunarungu menghadapi hambatan serius dalam proses
pembelajaran karena keterbatasan dalam komunikasi verbal. Ketidakmampuan
untuk mendengar dan berbicara menyebabkan kesulitan dalam menyerap
pelajaran secara optimal, termasuk dalam pembelajaran huruf hijaiyah yang
menjadi dasar membaca Al-Qur’an. Tantangan semakin kompleks ketika guru
dan pendamping belum sepenuhnya menguasai teknik komunikasi nonverbal
yang efektif. Akibatnya, partisipasi siswa tunarungu dalam kelas sering kali
terbatas, dan rasa percaya diri mereka pun rendah karena kurangnya interaksi
yang bermakna.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan analisis
komunikasi nonverbal dalam pengenalan huruf hijaiyah di SKh Syahida
Harapan Bunda. Dengan rumusan pertanyaan bagaimana komunikasi
nonverbal dalam perspektif Paul Ekman dan Wallace Friesen diterapkan dalam
pengenalan huruf hijaiyah di SD Sekolah Khusus Syahida Harapan Bunda?
apa saja faktor yang mendukung dan menghambat penerapan komunikasi
nonverbal dalam pengenalan huruf hijaiyah?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Data dikumpulkan melalui observasi partisipan, wawancara mendalam
dengan guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa, serta dokumentasi dari
proses pembelajaran di SD SKh Syahida Harapan Bunda. Kinesik Paul Ekman
dan Wallace Friesen teori komunikasi nonverbal digunakan sebagai kerangka
teori untuk menganalisis bagaimana pesan nonverbal bisa digunakan dalam
pengenalan huruf hijaiyah.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa guru memanfaatkan isyarat
tangan (emblem) untuk memperjelas pengucapan huruf, ekspresi wajah (affect
display) untuk menyampaikan nuansa emosional, serta gerakan pendukung
(illustrator) guna memperkuat pesan verbal. Selain itu, kontak mata
(regulator) digunakan untuk mengatur jalannya komunikasi, dan gerakan
spontan (adaptor) muncul sebagai respons terhadap kebiasaan atau rasa cemas.
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pembelajaran mencakup
penggunaan media visual, pemahaman guru terhadap kebutuhan dan karakter siswa, serta tersedianya buku panduan Al-Qur’an dalam bentuk isyarat.
Sementara itu, hambatan utama meliputi kurangnya pelatihan bagi guru,
minimnya kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua, serta terbatasnya
sarana pendukung. Oleh karena itu, pelatihan komunikasi nonverbal bagi guru
menjadi langkah strategis yang disarankan untuk meningkatkan keberhasilan
pembelajaran bagi peserta didik tunarungu.