Abstract:
Transformasi ideologi partai politik menjadi fenomena menarik
dalam dinamika politik Indonesia. PDIP yang sebelumnya dikenal
sebagai partai nasionalis sekuler mulai membangun citra sebagai partai
nasionalis religius. Perubahan ini dilatarbelakangi oleh menguatnya
politik identitas berbasis agama serta kebutuhan mempertahankan
dukungan elektoral, khususnya di Jawa Tengah. Masyarakat pun memberi
respons beragam, mulai dari dukungan hingga stigma “anti-Islam”.
Kajian ini penting untuk memahami strategi komunikasi identitas PDIP
dalam merespons perubahan tersebut.
Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana transformasi
identitas yang dilakukan PDIP dari nasionalis sekuler ke nasionalis
religius. Transformasi dianalisis dari bagaimana kader memaknai
identitas personalnya, strategi komunikasi partai, serta hubungan PDIP
dengan komunitas muslim. Penelitian ini juga mengulas peran simbol,
narasi, dan tindakan sosial-keagamaan dalam membentuk persepsi
publik. Hasilnya diharapkan memberikan kontribusi akademik dan
praktis dalam studi komunikasi politik. Pendekatan ini menekankan
pentingnya adaptasi ideologis dalam ranah elektoral.
Penelitian ini menggunakan teori komunikasi identitas Michael
Hecht dengan fokus pada PDIP Jawa Tengah. Kajian menyoroti dimensi
personal, relasional, dan komunal dalam pembentukan identitas partai.
Narasi kader dan aktivitas sosial-keagamaan dianalisis sebagai bagian
dari strategi ideologis. Pendekatan ini memberikan gambaran utuh
tentang bagaimana PDIP membentuk dan mengkomunikasikan citranya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan
wawancara mendalam. Data primer diperoleh dari wawancara dengan
DPP dan DPD PDIP Jawa Tengah. Sumber sekunder berasal dari literatur,
berita, dan dokumentasi terkait. Analisis dilakukan dengan menafsirkan
narasi dan tindakan kader, lalu dikaitkan dengan teori komunikasi
identitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kader PDIP mampu menyelaraskan identitas religius dengan ideologi nasionalis. Berbagai
kegiatan keagamaan yang dilakukan, memperkuat citra religius PDIP.
Hubungan erat dengan NU dan Muhammadiyah juga membentuk
persepsi positif di kalangan muslim. Strategi ini menunjukkan bahwa
PDIP bukan partai sekuler tertutup, tetapi partai inklusif. Kesimpulannya,
identitas partai bersifat dinamis dan dapat disesuaikan tanpa kehilangan
prinsip dasar partai.