DSpace Repository

Konflik Budaya pada Film Primbon (Studi Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure)

Show simple item record

dc.contributor.advisor Qurrota A’yuni
dc.contributor.author Sintia Nur Hasanah, 21220241
dc.date.accessioned 2025-11-28T04:54:10Z
dc.date.available 2025-11-28T04:54:10Z
dc.date.issued 2025
dc.identifier.uri https://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/4490
dc.description.abstract Film Primbon menggambarkan perbedaan keyakinan tradisional dan modern terhadap Primbon. Primbon merupakan pengetahuan yang mengacu pada kebiasaan dan menjadi budaya masyarakat Jawa. Di dalamnya terdapat aturan yang digunakan dalam kehidupan, seperti menentukan hari baik dan jodoh. Hal ini berbanding terbalik dengan kepercayaan masyarakat modern yang tidak percaya Primbon. Sebab aturan tersebut tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Benturan keyakinan inilah yang menimbulkan konflik. Berdasarkan latar belakang di atas, muncul pertanyaan mayor bagaimana konflik budaya pada film Primbon dengan analisis Semiotika Ferdinand De Saussure. Selanjutnya diturunkan ke pertanyaan minor apa makna penanda dan petanda konflik budaya? Apa faktor penyebab? Dan apa tantangan dan peluang dakwah dalam masyarakat berdasarkan makna semiotika pada film Primbon? Sebelumnya terdapat penelitian yang mengambil film Primbon. Namun perbedaan penelitian ini dan sebelumnya terletak pada objek masalah. Metodologi penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, dokumentasi dan studi pustaka. Teori penelitian ini menggunakan Semiotika Ferdinand De Saussure. Pokok teori ini mengatakan bahwa setiap tanda tersusun dari dua bagian yakni penanda dan petanda. Konflik budaya dalam film Primbon tidak hanya bersumber dari isi pesan yang disampaikan. Namun konflik juga berasal dari perbedaan pemaknaan terhadap tanda dan simbol budaya yang digunakan dalam percakapan maupun tindakan. Konflik dalam film Primbon muncul karena dominasi tokoh sepuh dan komunikasi satu arah dalam keluarga. Anggota yang lebih muda, terutama menantu, merasa tertekan dan tidak memiliki ruang berbicara. Perbedaan nilai antara tradisi dan logika memicu ketegangan makna dalam simbol-simbol seperti bunga layu atau mimpi. Setiap tokoh merasa tafsirnya paling benar, sehingga komunikasi menjadi kaku dan emosional. Kurangnya empati memperlebar jarak, menciptakan keterasingan dan penolakan identitas. Proses pengambilan keputusan pun terganggu karena perbedaan tafsir simbolik dan ketidakseimbangan kekuasaan. en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta en_US
dc.subject Konflik en_US
dc.subject Budaya en_US
dc.subject Film en_US
dc.subject Primbon en_US
dc.subject Dakwah en_US
dc.title Konflik Budaya pada Film Primbon (Studi Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure) en_US
dc.type Skripsi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account