| dc.description.abstract |
Film Primbon menggambarkan perbedaan keyakinan tradisional dan
modern terhadap Primbon. Primbon merupakan pengetahuan yang mengacu
pada kebiasaan dan menjadi budaya masyarakat Jawa. Di dalamnya terdapat
aturan yang digunakan dalam kehidupan, seperti menentukan hari baik dan
jodoh. Hal ini berbanding terbalik dengan kepercayaan masyarakat modern
yang tidak percaya Primbon. Sebab aturan tersebut tidak bisa dibuktikan
secara ilmiah. Benturan keyakinan inilah yang menimbulkan konflik.
Berdasarkan latar belakang di atas, muncul pertanyaan mayor
bagaimana konflik budaya pada film Primbon dengan analisis Semiotika
Ferdinand De Saussure. Selanjutnya diturunkan ke pertanyaan minor apa
makna penanda dan petanda konflik budaya? Apa faktor penyebab? Dan apa
tantangan dan peluang dakwah dalam masyarakat berdasarkan makna
semiotika pada film Primbon? Sebelumnya terdapat penelitian yang
mengambil film Primbon. Namun perbedaan penelitian ini dan sebelumnya
terletak pada objek masalah.
Metodologi penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, dokumentasi
dan studi pustaka. Teori penelitian ini menggunakan Semiotika Ferdinand De
Saussure. Pokok teori ini mengatakan bahwa setiap tanda tersusun dari dua
bagian yakni penanda dan petanda.
Konflik budaya dalam film Primbon tidak hanya bersumber dari isi
pesan yang disampaikan. Namun konflik juga berasal dari perbedaan
pemaknaan terhadap tanda dan simbol budaya yang digunakan dalam
percakapan maupun tindakan. Konflik dalam film Primbon muncul karena
dominasi tokoh sepuh dan komunikasi satu arah dalam keluarga. Anggota
yang lebih muda, terutama menantu, merasa tertekan dan tidak memiliki
ruang berbicara. Perbedaan nilai antara tradisi dan logika memicu ketegangan
makna dalam simbol-simbol seperti bunga layu atau mimpi. Setiap tokoh
merasa tafsirnya paling benar, sehingga komunikasi menjadi kaku dan
emosional. Kurangnya empati memperlebar jarak, menciptakan keterasingan
dan penolakan identitas. Proses pengambilan keputusan pun terganggu
karena perbedaan tafsir simbolik dan ketidakseimbangan kekuasaan. |
en_US |