Abstract:
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi menjadikan
media sebagai sarana dakwah yang efektif dan menjangkau luas, salah
satunya melalui televisi. Muslim TV, sebagai saluran televisi berlangganan
di bawah naungan MNC Channels, menyajikan program dakwah “Kajian
Bioskop” yang memadukan dakwah dengan budaya populer berupa film.
Program ini berupaya menyampaikan pesan-pesan keislaman dan nilai
moral secara menarik dan kontekstual, terutama bagi generasi muda.
Dengan pendekatan visual, bahasa yang ringan, serta dukungan teknologi
seperti AI (Ciniti), program ini menjadi inovasi dalam penyampaian
dakwah masa kini.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan analisis
terkait produksi program Kajian Bioskop dari tahap pra-produksi,
produksi, hingga pasca-produksi, serta tantangan dan kendala yang
dihadapi oleh tim produksi. Dengan rumusan pertanyaan Bagaimana
proses produksi program dakwah “Kajian Bioskop” mulai dari tahap pra
produksi, set up and rehearsal, tahap produksi, pasca produksi? Apa
tantangan dan kendala yang dihadapi dalam proses produksi program? dan
bagaimana solusinya?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data meliputi observasi
partisipan, wawancara langsung dengan produser dan production
assistant, serta dokumentasi. Teori produksi televisi Alan Wurtzel
dijadikan landasan analisis, yang mencakup empat tahap utama produksi:
pra produksi, set-up and rehearsal, produksi, dan pasca produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses produksi program
Kajian Bioskop dilakukan melalui tahapan-tahapan utama dalam
memproduksi program televisi, yaitu mulai dari tahap pra produksi hingga
mencapai tahap pasca produksi. Semua itu disusun dengan perencanaan
yang matang dan senantiasa melakukan evaluasi untuk menjamin kualitas program. Tantangan dan kendala akan terjadi ketika proses produksi
program, baik secara teknis yang berkaitan dengan peralatan dan property,
maupun secara non teknis, meliputi pemilihan format film, keterbatasan
waktu, serta koordinasi tim yang kurang maksimal. Namun hal tersebut
dapat diatasi dengan terus meingkatkan intensitas briefing dan
pendampingan tim oleh produser untuk mengrangi segala bentuk kendala
dan miskomunikasi.