Abstract:
Kehidupan modern yang penuh kesibukan dan tekanan sering kali
membuat orang menjadi stres, cemas, dan merasa tidak aman. Dalam Islam,
ada sebuah konsep spiritual yang dapat menjadi solusi, yaitu mindfulness atau
kesadaran penuh terhadap Allah Swt. Penelitian ini mengkaji bagaimana AlQur'an menjelaskan konsep mindfulness melalui penafsiran ‘Abdullah Yusuf
‘Ali dalam Tafsir The Holy Qur'an: Text, Translation, and Commentary, dan
merealasikannya dengan ajaran tasawuf oleh Syaikh ‘Abdūl Qadīr al-Jīlani
dalam kitab Ḥaqā'iq at-Taṣawwuf. Berbeda dengan penelitian-penelitian yang
sudah ada sebelumnya, yang lebih menekankan aspek psikologi, penelitian ini
lebih menekankan pendekatan spiritual dalam memahami mindfulness.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam bentuk studi
pustaka (library research). Tafsir The Holy Qur’an: Text, Translation, and
Commentary digunakan sebagai sumber utama. Teknik analisis data
menggunakan deskriptif-analisis, dengan pendekatan tematik, juga disiplin
tasawuf meminjam teori Syaikh ‘Abdūl Qadīr al-Jīlani.Data dikumpulkan
dengan menggunakan teknik dokumentasi dan kemudian dianalisis secara
deskriptif dan tematik dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an yang
merujuk pada konsep mindfulness.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Yusuf 'Ali menafsirkan konsep,
mindfulness tercermin dalam nilai taubat (QS. al-Taḥrīm [66]: 8) dan (QS.
Gāfir [40]: 3) sebagai proses kembali kepada Allah Swt. secara sadar, tulus,
dan penuh penyesalan, muḥāsabah (QS. al-‘Anbiyā’ [21]: 47) sebagai
introspeksi terhadap amal, niat, dan dorongan batin, karena seluruhnya akan
dihisab oleh Allah Swt., khauf (QS. al-Nāzi'āt [79]: 40) dan (QS. al-Naḥl [16]:
112) dimaknai sebagai rasa takut yang menjaga dari kelalaian terhadap hukum
Allah Swt., dan raja' (QS. al-'Ankabūt [29]: 5) adalah harapan positif akan
rahmat-Nya. Seluruh nilai tersebut selaras dengan ajaran Syaikh Abdul Qadīr
al-Jīlani dalam Ḥaqā'iq at-Taṣawwuf, yang menegaskan bahwa mindfulness
adalah kesadaran ruhani yang tumbuh melalui latihan jiwa dan mendekatkan diri dengan Allah Swt. Pandangan keduanya relevan di era modern dalam
membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih bermakna dan seimbang
secara spiritual.