Abstract:
Perkembangan teknologi digital telah memunculkan kebiasaan baru
yang dikenal dengan istilah phubbing, yaitu perilaku seseorang yang lebih
memprioritaskan gawai dibandingkan interaksi langsung dengan orang di
sekitarnya. Fenomena ini mencerminkan pergeseran nilai dalam kehidupan
sosial modern, yang seringkali mengabaikan aspek moral dan spiritual.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena phubbing melalui sudut
pandang Al-Qur’an, dengan fokus pada penafsiran Tafsir Al-Azhar karya Buya
Hamka.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
tematik (tafsir maudhū‘i) dengan analisis berbasis teori hermeneutika double
movement dari Fazlur Rahman. Ayat-ayat Al-Qur’an yang ditelaah meliputi
QS. Al-‘Araf [7]: 205, QS. Yūnūs [10]: 7, QS. Al-Kahf [18]: 28, QS. Ar-Rūm
[30]: 7, QS. Luqmān [31]: 18, Al- QS. Al-Ḥujurāt [49]: 11, QS. Al-Jumu’ah
[62]: 11, dan QS. Al-Humazah [104]: 1. Penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut
dilakukan dengan menelusuri konteks historis turunnya ayat serta relevansinya
terhadap situasi sosial masa kini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa phubbing bertentangan dengan
nilai-nilai Al-Qur’an yang mengajarkan pentingnya etika komunikasi,
kepedulian sosial, serta penguatan spiritual melalui zikir. Islam mengecam
kesombongan, kelalaian, dan ketidakpedulian terhadap orang lain. Dengan
demikian, ajaran Al-Qur’an relevan sebagai pedoman menghadapi tantangan
sosial di era digital, menekankan pembangunan karakter santun dan
bertanggung jawab serta hubungan sosial yang penuh kasih sayang dan
kesadaran dalam setiap interaksi.