Abstract:
Fenomena krisis otoritas keagamaan pada era kontemporer menimbulkan
persoalan serius dalam kehidupan umat Islam. Banyak figur yang dianggap
ulama tidak lagi mencerminkan nilai-nilai ideal sebagaimana digambarkan
dalam Al-Qur’an. Padahal, dalam Islam, ulama menempati posisi strategis
sebagai pewaris para nabi, penjaga kemurnian ajaran, dan pembimbing umat.
Realitas ini mendorong perlunya kajian mendalam mengenai karakteristik
ulama menurut Al-Qur’an, terutama dalam konteks tantangan zaman.
Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri karakteristik ulama yang
dikonsepsikan Al-Qur’an melalui pendekatan tafsir maqāshidī Washfī ‘Āsyūr
Abū Zayd.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbasis studi kepustakaan
(library research), dengan pendekatan tematik (maudh’ ī) sebagai metode
analisis ayat. Sumber data utama berasal dari Al-Qur’an dan tafsir maqāshidī
Washfī ‘Āsyūr, serta didukung oleh literatur sekunder seperti buku, jurnal, dan
karya ilmiah lain yang relevan.
Hasil kajian menunjukkan bahwa karakteristik ulama yang digambarkan
dalam Al-Qur’an ialah: memiliki rasa takut (khasyyah) kepada Allah sebagai hasil
dari kedalaman ilmunya (QS. Fāṭir [35]: 28); mengamalkan ilmu yang dimiliki (QS.
Al-Baqarah [2]: 44); jujur dan bertanggung jawab dalam menyampaikan ilmu (QS.
Āli ‘Imrān [3]: 187); tidak berbicara di luar kapasitasnya (QS. Al-Isra’ [17]: 36); tidak
menyalahgunakan ayat-ayat Allah demi keuntungan duniawi (QS. Al-Baqarah [2]:
174–176); berorientasi pada kehidupan akhirat dan tidak terpesona oleh dunia (QS.
Al-Qaṣaṣ [28]: 80); menjadi saksi atas kebenaran dan keadilan karena keilmuannya
(QS. Āli ‘Imrān [3]: 18); aktif menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran
(QS. Āli ‘Imrān [3]: 104); serta menyampaikan ajaran dengan hikmah dan nasihat
yang baik (QS. An-Naḥl [16]: 125). Karakter-karakter tersebut sebagai prinsip
universal yang tidak hanya bersifat normatif, tetapi juga aplikatif dalam
membangun peran ulama yang berintegritas dan solutif dalam kehidupan
sosial.