Abstract:
Penelitian ini bertujuan mengkaji makna gufrān dalam Al-Qur’an
menggunakan pendekatan semantik yang dikembangkan Toshihiko Izutsu
(w. 1413 H/1993 M). Istilah ini merupakan konsep penting yang berkaitan
dengan pengampunan, sekaligus mengandung dimensi teologis, moral, dan
spiritual yang kompleks. Studi ini menelusuri makna dasar, relasi makna
dengan istilah lain, perkembangan makna dari periode pra-Qur’anik hingga
Qur’anik, serta pandangan dunia (weltanschauung) Qur’ani terkait
pengampunan.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan penelitian
kepustakaan (library research) yang mengumpulkan data primer berupa
ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung gufrān, serta berbagai literatur
pendukung seperti kamus bahasa Arab, tafsir, dan karya Toshihiko Izutsu.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan semantik,
memfokuskan pada hubungan makna dalam konteks historis-linguistik dan
konseptual Al-Qur’an.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara leksikal gufrān berarti
menutupi atau menyembunyikan, baik secara fisik maupun metaforis, yang
menjadi dasar bagi konsep pengampunan dalam Al-Qur’an. Secara
relasional, istilah ini kerap muncul bersama dengan konsep seperti ‘afā
(memaafkan), raḥima (kasih sayang), syakūr (bersyukur), dan ḥalīm
(penyayang dan penyabar), yang memperkaya maknanya dengan
penekanan pada pengampunan menyeluruh dan kasih sayang Allah. Di sisi
lain, terdapat kontras yang kuat dengan istilah seperti ‘āqaba (hukuman),
qiṣāṣ (pembalasan), jāzā (balasan), dan ‘azāb (azab), yang menegaskan
keseimbangan antara rahmat dan keadilan dalam sistem nilai Qur’ani.
Dalam perspektif sinkronik dan diakronik, makna gufrān tetap
konsisten sebagai bentuk pengampunan, namun berkembang dari periode
Makkiyah yang menonjolkan belas kasih Allah kepada pendosa, menuju
periode Madaniyah yang lebih menekankan aspek sosial seperti
rekonsiliasi dan pemulihan hubungan antarindividu dan masyarakat.
Secara pandangan dunia, pengampunan dalam Al-Qur’an digambarkan
sebagai nilai utama yang memadukan rahmat ilahi dengan tuntutan
keadilan, sekaligus mendorong manusia meneladani sikap pemaaf dalam
interaksi sosial sehari-hari.
xix
Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan
studi Al-Qur’an melalui pendekatan semantik, serta memperkaya
pemahaman konsep pengampunan yang aplikatif dalam konteks sosial dan
spiritual umat Islam.