Abstract:
Penelitian ini mengulas tentang Pengaruh uslūb istifhām dalam QS. AlMursalāt menurut ‘Alī Al-Ṣābūnī. Latar belakang penelitian ini ialah Dalam
kajian ilmu balaghah, terdapat suatu pembahasan mengenai uslūb istifhām,
yaitu pembahasan tentang gaya bahasa Arab yang digunakan untuk bertanya
atau meminta suatu pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui. Di dalam
kajian ilmu balaghah, di samping makna aslinya yang dimaksudkan untuk
bertanya, uslūb istifhām juga mengandung makna lain yang menyimpang dari
makna aslinya tersebut. Dan pada Al-Qur’an banyak sekali terkandung uslūb
istifhām di dalamnya, di antaranya adalah pada surat Al-Mursalāt.
Penelitian berjudul ini berbeda dari penelitian sebelumnya dalam
beberapa hal penting. Sebagian besar kajian terdahulu hanya memaparkan
bentuk-bentuk istifhām tanpa menelusuri fungsi balāghahnya secara
mendalam, atau sekadar menginventarisasi ayat-ayat yang mengandung
kalimat tanya. Maka itu penelitian ini hadir untuk mengisi kekosongan
tersebut
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan bentukbentuk uslūb istifhām dalam surah Al-Mursalāt, dan menguraikan maknamakna uslūb istifhām yang keluar dari makna aslinya, menjelaskan bagaimana
‘Alī Al-Ṣābūnī menafsirkan ayat-ayat yang mengandung uslūb istifhām, serta
mengungkap kecenderungan balāgī beliau dalam menguatkan makna ayat
melalui uslūb istifhām.
Jenis penelitian ini bersifat kualitatif. Teknik pengumpulan melalui studi
pustaka. Sumber data primer yang digunakan kitab Ṣafwat al-Tafāsīr,
sedangkan sumber data sekundernya bahan-bahan bacaan lainnya yang
Adapun hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam surah AlMursalāt terdapat bentuk uslūb insyā’ṭalabī, adapun jumlah ayat yang
didalamnya terdapat uslūb insyā’ṭalabī ada 13 ayat, yaitu kalimat ‘amr
terdapat 5 ayat, kalimat nahy 1 ayat, dan kalimat uslūb istifhām 7 ayat,
Ditemukan 3 uslūb istifhām yang maknanya keluar, yaitu bermakna: taqrīr 4
ayat, ta’dzīm 2 ayat, inkār 1 ayat. kecenderungan balāghī dalam Surah Al-Mursalāt adalah penguatan makna melalui gaya ancaman, penegasan, dan
penegasan ulang dengan menggunakan banyak uslūb istifhām, Semua ini
membentuk nuansa penuh peringatan, menggambarkan kedahsyatan hari
kiamat serta nasib orang-orang yang mendustakan kebenaran.