Abstract:
Dalam era modern yang dipenuhi tekanan dan ketidakpastian,
overthinking atau kecenderungan berpikir secara berlebihan menjadi salah
satu persoalan psikologis yang kian umum terjadi. Dalam perspektif Islam,
fenomena ini kerap dikaitkan dengan rasa takut, kecemasan, pesimisme,
serta prasangka buruk terhadap takdir. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji penafsiran Sayyid Quṭb dalam Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān terhadap
ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan gejala overthinking, guna
menemukan nilai-nilai spiritual yang relevan sebagai solusi atas masalah
tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode
studi pustaka (library research), dengan sumber primer berupa kitab Fī
Ẓilāl al-Qur’ān dan didukung oleh literatur sekunder seperti buku, artikel,
dan jurnal ilmiah. Data dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan
psikologi.
Penelitian ini mengkaji penafsiran Sayyid Quṭb dalam Tafsir Fī
Ẓilāl al-Qur’ān terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan
overthinking, seperti QS. Āli ‘Imrān [3]: 175, QS. An-Nās [114]: 4–5, QS.
Al-Aḥzāb [33]: 10, QS. Al-Baqarah [2]: 286, QS. Al-‘Ankabūt [29]: 69,
dan QS. Al-Fatḥ [48]: 4. Sayyid Quṭb dengan menggunakan pendekatan
tafsir tematik dan analisis psikologi self-compassion yang dikembangkan
oleh Kristin Neff, penelitian ini menyoroti bagaimana tafsir Sayyid Quṭb
menawarkan pedoman spiritual untuk meredam kecemasan berlebihan,
rasa takut, dan bisikan negatif yang menjadi akar overthinking. Hasil
kajian menunjukkan adanya keterkaitan antara penafsiran Sayyid Quṭb
dengan tiga aspek utama self-compassion, yaitu self-kindness (QS. AlBaqarah [2]: 286) yang menegaskan kelemahan manusia dan kasih sayang
Allah, common humanity (QS. Al-‘Ankabūt [29]: 69) yang menempatkan
kesulitan sebagai pengalaman universal menuju pertolongan Allah, serta
mindfulness (QS. Al-Fatḥ [48]: 4) melalui ketenangan batin yang
dianugerahkan Allah kepada orang beriman. Dengan demikian, penafsiran
Sayyid Quṭb tidak hanya bernilai teologis, tetapi juga relevan secara
psikologis sebagai alternatif solusi menghadapi problem overthinking dalam kehidupan modern.