| dc.description.abstract |
Latar belakang dari penelitian in adalah kurangnya kesadaran membangun
pola komunikasi yang baik antara ayah dan anak, menyebabkan dampak besar
dari segi spiritualitas dan moralitas diri anak. Penelitian ini memiliki kesamaan
dengan penelitian sebelumnya karena merujuk pada tafsir Al-Munīr karya
Wahbah Al-Zuḥailī. Hanya saja beda pembahasan yang dikaji. Penulis
memfokuskan struktur komunikasi, interaksi, serta bentuk-bentuk dialog.
Sedangkan penelitian sebelumnya membangun komunikasi dengan metode
dakwah, dan menekankan dampak akan ketidakhadiran ayah. Kehadiran sosok
ayah bukan dinilai dari hadirnya secara fisik, namun bagaimana ia dapat
membangun komunikasi dan keharmonisan dengan anak. Kurangnya perhatian
terhadap pola komunikasi ayah dan anak dalam konteks masa kini, padahal di
dalam Al-Qur’an banyak menyoroti dialog ayah dan anak secara eduktif dan
emosional. Penelitian ini bertujuan menganalisis ayat-ayat pola komunikasi
ayah dan anak melalui penafsiran tafsir Al-Munīr karya Wahbah Al-Zuḥailī,
serta melihat relevansinya dengan konteks masa kini.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan kajian kepustakaan (Library
research). Sumber primernya meliputi kitab tafsir Al-Munīr karya Wahbah AzZuḥailī, sedangkan sumber sekunder meliputi referensi-referensi lainnya,
seperti buku, artikel jurnal, dan penelitian-penelitian sebelumnya yang
dianalisis menggunakan pendekatan tematik (mauḍū’ī) yang dikemukakan
oleh Abdul Ḥayy Al-Farmāwy.
Hasil penelitian berdasarkan penafsiran Wahbah Az-Zuḥailī dalam kitab
tafsir Al-Munīr menjelaskan bahwa pola komunikasi ayah dan anak bersifat
interpersonal, yaitu komunikasi yang bermakna, hangat, dan penuh emosional.
Komunikasi yang dilakukan dengan dialogis, rasional, dan penuh kasih sayang
akan mencapai pada tujuan yang sama. Tafsir Al-Munīr menunjukkan bahwa
seorang ayah memegang peran penting dalam pembentukkan karakter anak. Seorang ayah tidak dapat mengabaikan anaknya begitu saja dan hanya fokus
pada pencariannya. Penjelasan disini sangat relevan dengan konteks kekinian,
dimana maraknya fenonema fatherless yang menjadi salah satu dampak
negatifnya, dan membiasakan pikiran bahwa pengasuhan anak hanya
diberatkan kepada ibu saja |
en_US |